Untuk itu, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso langsung mendatangkan arkeolog nasional Ismail Lutfi dan ahli geologi Firman Sauqi.
Ismail Lutfi merupakan dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang, yang sekaligus Anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Bondowoso.
Ismail Lutfi menjelaskan, bahwa posisi struktur bata lama ini berada di kedalaman 165 centimeter (cm) dari permukaan tanah existing sekarang.
Namun, tidak berarti itu adalah batas paling akhir.
"Masih perlu dilakukan ekskavasi atau penggalian penyelamatan, seberapa dalam struktur yang asli," ungkap Ismail Lutfi usai observasi, Sabtu (20/9/2025).
Ia menjelaskan, dimensi atau ukuran bata juga memberikan informasi penting.
Diperkirakan dengan dimensi ketebalan antara 6 cm, lebar 17 cm dan panjang 32-33cm.
Dari diimensi batu batu kuno tersebut, diperkirakan masa abad 14-15 M.
"Namun demikian tidak berarti langsung klaim, bahwa bata itu berasal dari abad itu. Itu perkiraan relatif," ujarnya.
Menurut Ismail Lutfi, teknik perekatan batu bata juga memberikan informasi sebagai pendukung periodisasi dari bata tersebut.
Teknik yang dipakai pada periode Jawa kuno sekitar abad 14-15, cenderung menggunakan teknik gosok.
Sementara, temuan struktur bata kuno di Prajekan tidak menggunakan teknik gosok, tetapi menggunakan space tipis antara batu bata. Penggunakan space ini jauh lebih muda.
Kata kunci lain, lanjut Ismail Lutfi, yakni antar bata di sini masih ada celah antara 3-4 milimeter (mm).
Ini menunjukkan teknik penyusunannya tak menggunakan teknik gosok.
Untuk itulah, kata pria yang juga Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Jawa Timur itu, untuk mengetahui bentuk struktur bata ini adalah bangunan apa maka perlu kajian lebih lanjut.
Karena, kajian lingkungan sangat penting untuk bisa mengatakan bangunan apa.
Di lokasi yang sama, Firman Sauqi, Ahli Geologi asal Kabupaten Jember, mengatakan jika temuan struktur batu bata ini terkubur oleh endapan material pasir, kerikil pasir dengan ukuran diamater 5-10 cm sehingga membuat kontur berlapis.
Ia menjelaskan, bahwa banjir membawa material vulkanik tidak langsung yang berasal dari letusan gunung berapi, tetapi dibawa air sungai ketika terjadi banjir dan prosesnya lebih dari satu kali.
"Tapi dipastikan hampir seluruhnya material gunung berapi," jelas Firman Sauqi.
Di sisi lain, kepastian itu juga cocok dengan kondisi Sungai Sampean Baru yang hulunya dari gunung berapi semua.
Firman Sauqi menerangkan, jika secara spesifik memang belum bisa dipastikan material pasir dari gunung berapi mana, namun itu bisa dilakukan dengan kajian lebih dalam.
"Nanti kami bisa cek. Apakah endapan lebih banyak material batunya dari Gunung Argopuro, Raung atau dari lainnya," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Arkeolog Nasional dan Ahli Geologi Didatangkan untuk Observasi Struktur Bata Kuno di Bondowoso.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/21/105728278/temuan-struktur-batu-kuno-peninggalan-abad-14-di-bondowoso-diteliti