GRESIK, KOMPAS.com - Di sebuah ruangan sederhana berukuran 4x4 meter yang berhimpitan dengan usaha fotokopi milik sang suami, Inayah, wanita berusia 55 tahun, mengelap meja kayu yang dikelilingi sekat berbahan akrilik.
Penyekat itu tampak retak di salah satu sisinya. Tak ada sofa empuk berderet atau pendingin ruangan. Hanya ada satu kursi plastik di depan meja.
Sebuah banner bertuliskan “Agen Pegadaian” terlihat menempel di sebelah meja.
Suara mesin fotokopi dari ruangan sebelah kadang terdengar bersahutan dengan obrolan warga yang mampir.
Dari ruang sederhana inilah layanan keuangan formal menjangkau warga Pulau Mengare.
Mengutip dari laman resmi Kabupaten Gresik, Pulau Mengare yang memiliki luas sekitar 1.700 hektar terletak di barat daya Kabupaten Gresik.
Secara administratif, pulau yang dihuni sekitar 1.200 penduduk ini masuk ke wilayah Kecamatan Bungah.
Akses ke pulau relatif terbatas dengan jalan selebar 3 meter membentang sejauh 10 kilometer dari jalan utama provinsi, dan berjarak sekitar 25 kilometer dari pusat kota.
Keterbatasan ini membuat layanan keuangan formal tak mudah dijangkau. Di sinilah, peran Inayah menjadi penting.
Sejak 2021, wanita yang awalnya seorang ibu rumah tangga ini bergabung menjadi Agen Pegadaian.
Ia hadir sebagai perpanjangan tangan Pegadaian: memungkinkan masyarakat mengakses berbagai transaksi tanpa harus datang ke kantor cabang.
Inayah bukan seorang pegawai bank, bukan pula seorang akuntan, tetapi mampu melayani warga desa di Pulau Mengare yang ingin menggadaikan emas, memperpanjang masa gadai, menebus barang gadai, menabung emas, atau sekadar bertanya tentang syarat pinjaman usaha untuk diteruskan ke kantor Pegadaian UPC Bungah.
“Tahun 2021 saya ditawari pegawai Pegadaian untuk jadi agen. Saya senang sekali. Lumayan untuk menambah penghasilan,” ujar Inayah, saat disambangi Kompas.com, Senin (25/8/2025).
Awalnya, ia hanya melihat keuntungan dari komisi yang diberikan setiap kali melayani nasabah.
“Pegawai Pegadaian menjelaskan kalau saya nanti akan dapat komisi tiap ada yang menggadai, memperpanjang, atau menebus. Saya mikirnya, cuma begitu saja saya dapat uang. Ya saya langsung join,” ujarnya, sambil menunjukkan kartu identitas sebagai Agen Pegadaian resmi.
Namun seiring waktu, Inayah menyadari bahwa keputusannya secara tidak langsung mampu menolong nasabah yang kesulitan menjangkau unit Pegadaian terdekat.
“Orang di sini senang ada Agen Pegadaian, jadi tidak perlu pergi jauh-jauh kalau mau menggadai. Syukurnya saya bisa membantu,” ucap Inayah.
Manfaat terbesar dari keputusannya tersebut terasa ketika menyentuh kehidupan para lansia.
Di usia senja, perjalanan jauh ke luar pulau bukan hanya melelahkan, tetapi juga berisiko.
Kini, semuanya menjadi lebih mudah: cukup datang ke ruangan kecil Inayah, layanan Pegadaian bisa didapatkan.
Sebelum ada Agen Pegadaian di desa, Tuminem harus berangkat dengan motor tuanya ke kantor Pegadaian UPC Bungah setiap kali butuh uang.
“Dulu saya kalau ke kantor Pegadaian di kecamatan harus naik motor, tapi sekarang sudah tidak berani. Saya sudah sulit melihat jalanan. Takut nabrak orang,” ucapnya.
Kini, ia lega. Saat ada kebutuhan mendesak, sedangkan gaji suaminya yang bekerja sebagai guru swasta telat dibayarkan atau uang pensiunannya belum dicairkan, ia hanya perlu menggadaikan emas.
“Saya senang sekali ada Agen Pegadaian di dekat rumah. Tidak usah jauh-jauh. Kalau butuh uang, tinggal ke sini saja. Menyerahkan emas lalu uang diterima beberapa jam kemudian,” katanya sambil tersenyum.
Tak hanya masalah jarak, Tuminem juga mantap memilih menggadai di Agen Pegadaian karena merasa aman.
Ia bercerita bahwa dirinya sebenarnya mengetahui adanya jasa pemberian pinjaman oleh salah seorang warga desa.
Namun, Tuminem memilih untuk tidak mencoba layanan tersebut karena tak mau terjerat dengan pinjaman berbunga tinggi.
“Di desa sini memang ada semacam rentenir. Kita serahkan barang berharga terus dapat uang. Saat mengembalikan uang, barang yang jadi jaminan dikembalikan. Tapi bunganya mahal, mencekik lah ibaratnya,” katanya.
“Kalau di sini, bunga kecil dan hitungan jelas. Hati jadi tenang,” ucapnya mantap, seraya menunjukkan surat gadai miliknya yang ia simpan rapi di sebuah dompet berwarna hitam.
Bagi Tuminem, menyerahkan perhiasan emas kesayangannya untuk digadai harus didasari kepercayaan.
Selama ini, ia sudah melakukan puluhan transaksi dengan Inayah, dan tidak pernah merasa kecewa.
“Bu Inayah ini jujur. Dia juga menjelaskan pelan-pelan karena saya kadang susah dengar. Kalau masih belum paham, biasanya ditulis di kertas,” katanya terkekeh.
Di usianya yang tak lagi muda, Saudah mengaku masih menjalankan usaha budidaya ikan dan udang.
Ia tak mau bergantung pada anak-anaknya yang sudah berkelurga. Lebih dari itu, Saudah mengaku bahwa profesi yang ia tekuni sejak menikah, tak bisa begitu saja ditinggalkan.
Meski dikenal sebagai juragan tambak, Saudah tak memungkiri bahwa dirinya juga kerap mengalami gagal panen. Menurutnya, perubahan iklim menjadi salah satu penyebab kegagalan tersebut.
Saat demikian, ia tak bisa mendapatkan uang untuk modal tanam benih. Namun, Saudah tak mau tinggal diam. Ia enggan berpasrah atau mengandalkan pemberian anak-anaknya.
Kegigihan inilah yang membulatkan keputusan Saudah untuk menggadai emas simpanannya.
“Ya begini enaknya punya emas. Bisa digadai sewaktu-waktu, bisa untuk modal usaha,” ucapnya mantap.
Saudah mengaku, ia sebenarnya disarankan anak-anaknya untuk menjual emas ketika membutuhkan modal usaha, seperti yang kerap ia lakukan sebelum ada Agen Pegadaian di Pulau Mengare.
Akan tetapi, Saudah menolaknya. Ia tak mau lagi menjual perhiasan simpanannya karena tidak yakin bisa membeli kembali jika digadaikan, mengingat harga emas yang terus naik.
“Anak-anak sebenarnya menyuruh saya menjual emas ini, tapi saya pikir lagi ‘kan sayang. Ini emas bagus. Emas tua. Kalau dijual, belum tentu saya bisa beli lagi seperti ini. Suami saya juga setuju pendapat saya,” tegasnya.
Baginya, sistem gadai lebih aman. Jika panen tidak sesuai harapan, ia cukup memperpanjang masa gadai, tanpa perlu kehilangan perhiasannya.
“Kalau panen berhasil, bisa ditebus. Kalau gagal panen ya tinggal diperpanjang," ujar Saudah.
Kini, dengan adanya Agen Pegadaian di dekat rumahnya, Saudah merasa sangat terbantu ketika membutuhkan modal usaha.
“Saya jadi tak perlu jauh-jauh ke kecamatan untuk menggadai. Tidak capek juga,” ucap Saudah.
Pegadaian penyelamat usaha kecil
Inayah sendiri tidak menyangka ruangan kecilnya akan menjadi tumpuan begitu banyak orang.
“Dulu saya kira cuma beberapa orang yang pakai. Ternyata banyak yang butuh,” katanya.
Tak terasa, sudah ratusan transaksi ia layani dari ruangan kecilnya itu sejak empat tahun lalu.
Kepala Pegadaian UPC Bungah, Muhammad Hardang Amrulloh, membenarkan klaim tersebut. Menurutnya, kinerja Inayah patut diapresiasi, di samping jumlah transaksinya yang cukup tinggi.
“Bu Inayah ini salah satu agen dengan transaksi terbanyak. Bahkan di Kecamatan Bungah, ia menempati urutan kedua. Artinya, kehadirannya benar-benar membantu masyarakat sekitar,” ujar Hardang.
Dari balik mejanya itu, Inayah kembali mengenang saat dirinya membantu mencairkan bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pembuat petis udang.
Dengan bangga, ia menceritakan kesuksesan UMKM tersebut setelah mendapat KUR dari Pegadaian.
“Saya tidak menyangka, sekarang usahanya makin berkembang. Dia sering kirim produk ke luar kota juga,” ujarnya.
Langkah Inayah ini sejalan dengan tujuan Pegadaian mengEMASkan Indonesia, yang memperluas layanan keuangan formal hingga ke pelosok.
Menurut laporan tahunan PT Pegadaian (Persero) yang dilihat Kompas.com, jumlah agen di seluruh Indonesia kini mencapai 78.436 per 2024.
Melalui Agen Pegadaian, masyarakat diajak untuk memanfaatkan emas sebagai instrumen keuangan yang aman dan menguntungkan.
Bagi Sauda, Tuminem, dan banyak warga Pulau Mengare lainnya, Agen Pegadaian bukan sekadar tempat gadai. Ia adalah harapan, jembatan menuju kehidupan yang lebih baik.
Setiap kali mereka membawa perhiasan kecil yang tersimpan rapi, ibarat menambang emas dari tabungan hidupnya sendiri. Dari emas itulah mereka menemukan kembali daya, harapan, dan kemandirian di usia senja.
Tuminem berharap agar lebih banyak masyarakat yang merasakan manfaat Agen Pegadaian.
“Di sini pelayanannya bagus sekali, saya berharap bisa tambah sukses dan berkembang,” tegasnya.
Cerita mereka menjadi bagian kecil dari upaya besar #mengEMASkanIndonesia, sebuah gerakan yang memperlihatkan bagaimana emas dapat menjadi penopang kehidupan dan harapan baru bagi masyarakat di berbagai pelosok negeri.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/18/170437978/menambang-emas-di-usia-senja-cerita-lansia-pesisir-gresik-raih-kemandirian