Dalam sepekan terakhir, dua orang dilaporkan meninggal dunia, sehingga total korban meninggal menjadi 22 orang.
Pada 14 September 2025, jumlah korban meninggal tercatat 20 orang, namun pada 17 September angka tersebut naik menjadi 22 orang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menjelaskan bahwa tambahan korban ini terungkap setelah tim melakukan penelusuran bersama pihak terkait.
"Itu setelah dilakukan telusur di rumah sakit rujukan," kata Syamsuri kepada Kompas.com, Kamis (18/9/2025).
Syamsuri menambahkan, satu dari dua korban meninggal terjadi pada bulan September, sementara satu lainnya meninggal pada Agustus lalu, setelah hasil penelusuran dikonfirmasi.
"Jadi satu bulan ini, satunya hasil telusur bulan delapan kalau tidak salah," ungkapnya.
Dia juga menjelaskan bahwa penelusuran dilakukan secara menyeluruh ke rumah sakit rujukan di Sumenep maupun di kabupaten tetangga seperti Pamekasan.
"Sampai sekarang terus dilakukan, dan prosesnya memang tidak mudah," ungkapnya.
Mantan kepala puskesmas (Kapus) Pandian ini menegaskan bahwa penetapan kasus meninggal akibat campak harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan dalam penilaian.
Di tengah bertambahnya jumlah korban meninggal, Syamsuri juga menyampaikan bahwa jumlah pasien anak yang dinyatakan sembuh dari campak terus meningkat.
Per 17 September 2025, tercatat 2.869 kasus suspek campak di Sumenep, dengan 205 kasus positif dan 32 di antaranya masih menjalani perawatan.
Sementara itu, jumlah pasien yang sembuh telah mencapai 2.815 anak.
Dinkes P2KB menyebutkan bahwa tren kesembuhan ini menunjukkan dampak positif dari upaya penanganan campak melalui program imunisasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI) campak yang resmi diperpanjang.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/18/124243778/korban-meninggal-akibat-campak-di-sumenep-bertambah-jadi-22-orang