Salin Artikel

Kasus Campak di Jember Terus Naik, Dinkes Sebut Cakupan Imunisasi Masih Rendah

Pekan lalu, jumlah anak yang tertular virus campak 40, kini naik menjadi 45 kasus.

Kepala bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember dokter Rita Wahyuningsih menyebutkan, kasus suspek campak di Jember ada 178, sementara yang positif campak 45 orang per 10 September 2025.

"Untuk kasus baru pada minggu epidemiologi (pelaporan penyakit menular) ke 37," katanya kepada Kompas.com, Jumat (12/9/2025).

Penderita campak terbaru tersebut merupakan anak-anak dengan rentang usia 0-9 tahun, tersebar di Kecamatan Puger, Sumbersari, Mayang, Puskesmas, dan Umbulsari.

Mayoritas pasien mendapatkan penanganan dengan rawat jalan di puskesmas.

Rita menilai, peningkatan kasus campak di Jember terjadi akibat tidak adanya kekebalan kelompok yang diakibatkan dari rendahnya cakupan imunisasi di masa dan pasca pandemi.

Dikatakan, virus Morbillivirus yang menyebabkan campak mudah menular melalui droplet pernafasan dan partikel aerosol (partikel padat yang ada di udara) dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.

Di sisi lain, menurutnya penyebab utama ledakan kasus campak ialah cakupan imunisasi yang masih rendah.

"Banyak anak tanpa kekebalan, penumpukan orang di ruang tertutup atau kerumunan, malnutrisi atau imunitas menurun, dan gangguan layanan imunisasi," ujarnya.

Yang bisa disimpulkan bahwa orang yang kontak erat dengan penderita campak akan sangat mudah terpapar virus ditambah lagi masih ada celah kekebalan populasi yang rendah.

Dinkes Jember sampai kini belum mendapatkan laporan meninggal dunia akibat campak.

Namun, pihaknya mengklasifikasikan tingkat keparahan berdasarkan komplikasinya.

Dari 178 suspek campak, 14 persen kasus disetai diare, 10,6 persen disertai nyeri sendi, 6,1 persen disertai mual dan muntah, sementara 49 persen sisanya tak ada komplikasi

"Mayoritas pasien sembuh setelah perawatan suportif seperti istirahat, cairan, pengendalian demam," kata Rita.

Mayoritas pasien yang tak mengalami komplikasi mulai membaik dalam 7 sampai 10 hari sejak munculnya ruam dan batuk, sedangkan yang disertai komplikasi bisa memerlukan perawatan lebih lama.

Ia menuturkan, tak ada obat anti virus spesifik untuk menyembuhkan campak.

Penyembuhannya, tambahnya, harus melalui perawatan suportif atau tak langsung membunuh virusnya dengan melalukan cek hidrasi, antipiretik sesuai usia, oksigen bila ada pneumonia, serta pemberian vitamin A bila diperlukan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/12/224628078/kasus-campak-di-jember-terus-naik-dinkes-sebut-cakupan-imunisasi-masih

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com