Program vaksinasi ini dilaksanakan setelah kasus campak ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) pada Agustus 2025.
Data terbaru menunjukkan lonjakan kasus yang signifikan.
Pada 24 Agustus 2025, jumlah kasus campak tercatat sebanyak 2.105.
Namun, hingga 9 September 2025, jumlah tersebut melonjak menjadi 2.741 kasus, dengan tambahan 636 kasus hanya dalam waktu 16 hari.
Rata-rata, terdapat 40 kasus baru setiap hari.
“Temuan suspek memang terus akan ada. Itu kan akumulasi dari Januari hingga sekarang,” ungkap Ahmad Syamsuri, Kepala Bidang P2 Dinkes P2KB Sumenep, dalam pernyataannya pada Rabu (10/9/2025).
Syamsuri juga melaporkan bahwa kematian akibat campak pada anak-anak telah meningkat.
Dari awal KLB yang mencatat 12 anak meninggal, kini jumlah tersebut telah menjadi 20 anak.
“Ini jadi perhatian serius karena sebagian besar korban adalah anak-anak yang belum lengkap imunisasinya,” ujarnya.
Dalam perkembangan lain, jumlah pasien yang dirawat sempat mencapai 100 anak pada 8 September 2025.
Mereka dirawat di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk rumah sakit rujukan dan puskesmas.
Namun, pada hari berikutnya, jumlah tersebut menurun menjadi 86 anak.
Pasien tersebut tersebar di RSUD dr Moh Anwar dengan 20 pasien, RSI Kalianget 10 pasien, RSU Sumekar 8 pasien dan 48 pasien lainnya di puskesmas.
“Turunnya angka pasien rawat ini belum bisa disebut tren aman, karena penularan di lapangan masih tinggi,” tambah Syamsuri.
Meskipun ada penurunan dari 100 menjadi 86 anak, angka tersebut tetap tergolong tinggi.
“Karena itu, vaksinasi ORI harus dikejar lebih cepat, terutama di wilayah kepulauan dan desa-desa,” tutup Syamsuri.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/10/082530678/kasus-campak-di-sumenep-masih-bermunculan-meski-vaksinasi-massal