Salin Artikel

Eri Cahyadi Angkat Anak Damkar Surabaya yang Gugur Saat Bertugas, Gantikan Ayahnya

Anak pertama Edi tersebut yaitu Mohammad Faris (24).

Hal itu diungkapkan oleh Eri, ketika mendatangi rumah Edi untuk melakukan takziah, di rumah duka yang berada di Dusun Bulang Kulon, Benjeng, Kabupaten Gresik, Senin (8/9/2025).

Selain itu, Eri juga ditemani oleh Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Surabaya, Laksita Rini Sevriani, ketika bertemu dengan keluarga komandan regu tersebut.

"Almarhum Pak Edi ini ketika bertugas dipanggil oleh Gusti Allah. Karena itu, saya katakan beliau adalah gugur sebagai pahlawan Kota Surabaya," kata Eri, di rumah duka, Senin (8/9/2025).

"Beliau bertugas di malam hari, hingga dini hari, untuk memadamkan api, membantu warganya yang mengalami kebakaran. Ternyata beliau gugur dalam bertugas," tambahnya.

Eri pun mengangkat, anak pertama Edi untuk bekerja sebagai non Aparatur Sipil Negara (ASN) di Damkar Surabaya.

Hal tersebut merupakan apresiasi bagi Edi yang meninggal saat bertugas.

"Anak laki-laki ini akan bekerja di Pemkot Surabaya meneruskan ayahandanya menjadi petugas pemadam kebakaran. Saya minta paling lambat hari Kamis atau Jumat pekan ini, sudah mulai bekerja,” ujarnya.

Sedangkan, lanjut Eri, anak perempuan Edi ingin mewujudkan impian ayahnya untuk memiliki sebuah usaha.

Namun, dia masih belum diketahui bisnis apa yang akan dijalankan.

"Nanti kita akan bantu apa yang diinginkan oleh ayahandanya agar putrinya bisa berwirausaha dan tetap membantu ibunya. Paling lambat, kita pastikan tahun ini sudah berjalan,” jelasnya.

Kemudian, istri almarhum yang berprofesi sebagai penjual sayur juga akan mendapatkan bantuan.

Eri berencana memodifikasi kendaraan yang digunakan untuk berdagang sehari-hari.

"Kalau pakai motor roda tiga akan berat, jadi kita akan buatkan kendaraan yang lebih mudah untuk membawa dagangan. Saya harap di pekan ini semuanya sudah selesai," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Kabid Pemadaman DPKP Surabaya, Wasis Sutikno, Edi terkapar secara tiba-tiba akibat kena aliran listrik di tengah puing-puing bangunan rumah yang terbakar.

Saat itu, Edi yang menjabat sebagai Komandan Regu Pemadam Kebakaran Pos Kandangan, Kecamatan Benowo, sedang memeriksa kondisi bangunan rumah usai kebakaran.

Kobaran api berhasil dipadamkan setelah mengerahkan 5 truk damkar.

Biasanya setelah berhasil memadamkan kobaran api secara kasat mata, petugas melakukan penyisiran di area bekas terbakar.

Tujuannya memastikan tidak ada nyala api yang berpotensi muncul kembali di atas tumpukan benda yang sudah menjadi arang.

Namun di tengah proses tersebut, mendadak tubuh Edi ambruk dan tak sadarkan diri.

"Jadi bukan saat menyemprot. Tetapi setelah padam, Pak Edi melakukan penyisiran. Biasanya kita memastikan sampai ke dalam, penguraian pembasahan. Nah pada proses itu, ia kesetrumnya," kata Wasis.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/08/214658978/eri-cahyadi-angkat-anak-damkar-surabaya-yang-gugur-saat-bertugas-gantikan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com