Salin Artikel

Ayah Syifa Ungkap Sikap Istri Sebelum Anaknya Ditemukan Tewas di Lemari Kamar Kos

Ia mengungkapkan bahwa komunikasi dengan istrinya, ST Kholila Oktavia, telah sulit dilakukan sejak dua bulan terakhir.

Sirri menjelaskan, sebelum peristiwa tragis tersebut, komunikasi dengan istrinya berjalan lancar.

Namun, dalam dua bulan terakhir, sikap ST Kholila Oktavia berubah drastis.

"Kalau komunikasi, saya sudah jarang direspon. Jarang diangkat, ya direject," kata Sirri kepada Kompas.com pada Senin (8/9/2025).

Selama dua bulan terakhir, komunikasi hanya terjadi ketika ST Kholila meminta kebutuhan.

"Cuma dia pesan, kalau minta kiriman, minta susu, itu saja komunikasinya. Kepentingan dia lah. Kalau ada perlu minta kiriman baru dia komunikasi. Kalau hal lain, tak diangkat kalau saya telepon," ujarnya.

Sirri juga mengungkapkan bahwa dia sudah dua bulan tidak dapat melihat anaknya.

Niatnya untuk melakukan video call selalu ditolak istrinya.

"Setelah penemuan jasad Syifa, upaya komunikasi dan pesan yang saya kirim juga tidak pernah lagi mendapat balasan."

"Setelah kejadian sempat kontak, masuk, tapi tidak direspon. Statusnya sempat berdering, lalu memanggil dan nomor sudah tidak terdaftar di WhatsApp," ungkapnya.

Sebelum pulang dari Malaysia, Sirri telah menyiapkan oleh-oleh untuk putrinya berupa baju dan anting.

"Menyiapkan baju sama anting. Saya pernah dengar lah dia bahwa antingnya patah dan katanya dijual. Tapi saya tak ada ngomong lah sama dia," tuturnya.

Sirri juga menyampaikan rencananya untuk pulang ke Indonesia dalam waktu dekat setelah menyelesaikan perpanjangan izin kerja di Malaysia.

"Mungkin satu bulan lagi pulang. Permit sambung November, setelah sambung permit baru balik," ungkapnya.

Sirri dan ST Kholila telah menikah selama lima tahun dan sama-sama merantau ke Malaysia.

Anak pertama mereka, Azril (3), lahir di Malaysia.

Sedangkan saat mengandung anak kedua, Syifa, mereka sempat pulang ke kampung halaman.

Saat usia kehamilan memasuki tujuh bulan, Sirri kembali bekerja di Malaysia.

Ditanya mengenai perasaannya atas kejadian ini, Sirri mengaku tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata.

"Kalau soal perasaan, semua orang tua merasakan. Tidak bisa diungkapkan kata-kata," ucap Sirri dengan suara bergetar.

Sejak Syifa ditemukan meninggal, keberadaan ibunya belum diketahui.

Terdapat kabar yang beredar bahwa ST Kholila sudah tidak berada di Pulau Kangean.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/08/084234078/ayah-syifa-ungkap-sikap-istri-sebelum-anaknya-ditemukan-tewas-di-lemari

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com