Salin Artikel

Eri Cahyadi Beri Modal untuk Pedagang di Polsek Tegalsari yang Jadi Korban Penjarahan

Dalam peristiwa tersebut, sejumlah pedagang yang biasanya berjualan di halaman belakang kantor Polsek Tegalsari, mengaku kehilangan beberapa barang.

Tak hanya peralatan memasak, namun juga sejumlah alat elektronik.

Saat kejadian, masing-masing pedagang sebenarnya telah menutup lapaknya. Selain karena beberapa lapak buka saat siang hari, ada pula yang menutup warung lebih awal, karena kondisi unjuk rasa yang besar.

"Saya nggak tahu kalau ada kebakaran, karena kejadiannya malam. Tahu-tahu waktu paginya, semua sudah hangus," kata penjual rujak cingur di kawasan tersebut, Endah.

Tak hanya Endah, ada sekitar 7 lapak lainnya yang bernasib sama.

Mereka menjual berbagai makanan. Ada yang buka hanya saat siang hari, ada pula yang sampai tengah malam.

"Kalau warung saya biasanya sampai jam 11 malam. Saya pagi sampai siang, bapaknya siang sampai malam. Karena ada itu situasi yang kayak gitu, disuruh tutup. Tutup aja dulu," timpal pedagang lainnya, Yuni.

Lapak Yuni penuh dengan bahan makanan. Siang hari sebelumnya, dia baru saja berbelanja untuk keperluan berdagang keesokan harinya.

"Pokoknya, ada kekhawatiran kalau nggak aman. Tapi nggak ngerti kalau sampai dibakar. Seandainya ngerti, ya diringkesin. Padahal habis kulakan, dipenuhi, karena besoknya bisa jualan," ujar perempuan yang sehari-hari berjualan penyetan dan warung kopi tersebut.

Nasib lebih naas dialami oleh pedagang nasi padang, Antok.

Selain menyimpan elpiji dan kompor, di lapaknya, Antok menyimpan beberapa alat elektronik seperti laptop dan handphone (hape).

Setali tiga uang dengan pedagang lainnya, semua barang milik Antok raib.

"Ada laptop, hape, terus uang tunai. Hilang dijarah. Jadi kelihatan di kamera *(CCTV) bahwa di toko itu ada yang bawa kompor, ada bawa dispenser, tempat nasi, sampai tong sampah aja dibawa," tutur Antok.

Ditaksir, kerugian para pedagang mencapai jutaan rupiah.

Selain kehilangan berbagai barang, mereka juga belum memiliki tempat jualan yang baru, usai tempat berjualan hangus dibakar orang tak dikenal.

Mereka menyesalkan kejadian tersebut. Sebagai pedagang UMKM, mereka turut menjadi korban.

"Bukan (pelaku) demo itu. Itu maling. Kalau ada demo kan ya wajar. Tetapi, nggak sampai malam-malam, apalagi sampai ada penjarahan. Sewajarnya demo lah. Demo yang wajar-wajar aja lah gitu. Jangan sampai menjarah gitu. Kalau malam bukan berdemo, itu penjarahan," kata salah seorang pedagang menyesalkan.

Mengetahui hal tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi atau Cak Eri turun tangan memberikan bantuan.

Para pedagang itu, kemudian dipanggil ke Balai Kota, Kamis (4/9/2025).

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyerahkan sejumlah bantuan. Di antaranya, modal usaha berupa uang tunai, gerobak jualan hingga lapak di sentra wisata kuliner (SWK) untuk membantu meringankan duka para pedagang.

Cak Eri, ingin para pedagang kembali berusaha.

"Mereka membuka warung untuk menyambung hidup, menggerakkan ekonomi beliau-beliaunya. Ternyata pas kejadian (kerusuhan), tempatnya beliau dibakar semua," ujar Cak Eri saat ditemui di sela penyerahan bantuan tersebut.

"Tapi sebelum dibakar, barangnya diambil semua. Iki berarti sudah tidak benar. Karena apa? Karena beliau menyambung hidup. Berjuang untuk keluarganya. Ternyata diambil barangnya," ucap Cak Eri.

Bantuan permodalan dari Pemkot Surabaya, diharapkan dapat menjadi penyemangat untuk memulai usaha kembali.

Kepada warga Surabaya, Cak Eri berpesan, agar bersama-sama menjaga kota.

"Makanya ini menjadi pengingat buat kita semua. Ayo warga Surabaya tambah guyub, tambah rukun. Kalau ada yang anarkis, ada yang mengambil barang, wong Surabaya kudu bersatu, kudu metu (orang Surabaya harus bersatu dan berani berangkat), ayo Jogo Surabaya," tutur politisi PDI Perjuangan ini.

"Insya Allah, kami akan menempatkan beliau-beliaunya di tempat SWK yang ada di sekitar Tegalsari, atau tempat tinggal beliau-beliaunya. Sehingga, beliau bisa berjualan kembali," tambahnya.

Cak Eri memastikan, Pemkot Surabaya akan melindungi pelaku UMKM. Bagaimana pun, UMKM menjadi salah satu pilar perekonomian Kota Surabaya.

"Yang penting mereka bisa meneruskan perjuangan, beliau bisa menggerakkan ekonomi, beliau bisa berjualan kembali. Saya berharap warga Surabaya sing dodolan ayo dodolan maneh (warga Surabaya yang jualan ayo berjualan lagi)," ajak Cak Eri.

Peristiwa perusakan terjadi pasca aksi unjuk rasa pada Sabtu (30/8/2025) malam. Saat itu, terjadi pembakaran bangunan cagar budaya Gedung Negara Grahadi dan Polsek Tegalsari, yang dilakukan orang tak dikenal.

Peristiwa tersebut, berlangsung setelah aksi unjuk rasa di Jalan Gubernur Suryo, dibubarkan aparat.

Di Polsek Tegalsari, sejumlah oknum tak dikenal tampak berusaha menjarah beberapa benda, di sela aksi membakar bangunan.

Di antara yang dijarah adalah area pagar sisi timur halaman markas, foto Presiden Prabowo, besi pada bagian atas pagar beton halaman markas, mesin dispenser hingga gas elpiji.

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Cak Eri Beri Modal Pedagang Kantin Polsek Tegalsari Surabaya yang Jadi Korban Penjarahan.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/04/203602178/eri-cahyadi-beri-modal-untuk-pedagang-di-polsek-tegalsari-yang-jadi-korban

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com