Dinkes Sumenep Gandeng Unair Gelar Penyelidikan Epidemiologi KLB Campak

SUMENEP, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan P2KB Sumenep, Jawa Timur, mengintensifkan penyelidikan epidemiologi (PE) campak setelah ditetapkan kejadian luar biasa (KLB) sejak Agustus 2025.

Langkah ini dilakukam untuk mempercepat penanganan kasus di tengah pelaksanaan imunisasi massal atau Outbreak Response Immunization (ORI).

Dalam pelaksanaannya, Dinkes menggandeng Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga.

Kerja sama ini diharapkan bisa memperkuat analisis lapangan dan membantu menekan penularan.

Fokus penyelidikan berada di Kecamatan Gapura, Talango, dan Pasongsongan. Ketiga wilayah ini dipilih karena jumlah kasus campak terus meningkat.

Selain kampus, tim lintas instansi seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama juga dilibatkan.

Pelibatan lintas instansi dilakukan karena penularan banyak terjadi di sekolah maupun lingkungan masyarakat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri menerangkan, penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk menelusuri jalur penularan.

Jika ada anak terjangkit, maka dicari tahu sumbernya, apakah tertular di sekolah, surau, atau tetangga sekitar.

"Istilahnya diperdalam, terkait dengan sebab penyebaran campak ini. Mereka dapatnya dari mana. Apakah dari tetangga, apa saudaranya," kata dia.

"Misalnya, oh iya Pak. Saudaranya ini, kemarin sakit juga, umpamanya. Di sana akan diperdalam maksudnya," lanjutnya.

Kasus terbanyak, menurut Syamsuri, saat ini masih terjadi di Kecamatan Kalianget, disusul Kecamatan Kota dengan akumulasi kasus dari dua puskesmas, serta Kecamatan Batang-Batang.

"Kalau jalur penularan jelas, intervensinya lebih cepat dilakukan. Misalnya, di sekolah bisa dengan imunisasi tambahan atau edukasi langsung kepada orangtua," jelasnya.