Keputusan ini berdampak signifikan bagi para penjual yang mengandalkan fitur tersebut untuk menjalankan usaha mereka.
Chusnul Chotimah (25), seorang penjual baju bekas asal Kelurahan Mlajah, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, mengaku sangat dirugikan dengan ketidakaktifan fitur live.
Ia biasanya memanfaatkan fitur tersebut untuk mempromosikan dan menjual baju dagangannya.
"Iya sejak kemarin lusa sudah tidak bisa jualan, fitur livenya tidak dapat digunakan," ujarnya, Senin (1/9/2025).
Chusnul, yang menjual pakaian thrift, kini hanya bisa menunggu TikTok mengaktifkan kembali fitur live.
Ia menyatakan bahwa ribuan pakaian anak miliknya tidak dapat dijual hanya dengan mengandalkan foto di etalase elektronik.
"Karena ini pakaian kan ada ratusan bahkan mungkin ribuan ya, jadi tidak mungkin kita foto satu per satu. Apalagi, kalau di live TikTok itu kan selalu ada pembeli baru," imbuhnya.
Akibat penutupan fitur tersebut, pemilik akun TikTok @nyummi_ ini mengalami penurunan omzet yang signifikan.
"Ya biasanya tiap kali live ada omzet Rp 300.000 sampai Rp 500.000, kalau sekarang hanya bisa jualan lewat grup di WhatsApp yang isinya pelanggan tetap saja. Ya laku ada belasan baju saja," tuturnya.
Chusnul berharap agar TikTok segera mengembalikan fitur live di aplikasinya, sehingga ia bisa kembali berjualan.
Ia menekankan bahwa TikTok merupakan pasar utama bagi usahanya.
"Pasar saya di TikTok, kalau aplikasi lain saya tidak aktif. Tentu berharap agar kondisi yang ada saat ini bisa segera pulih dan fiturnya kembali diaktifkan," ungkapnya.
Sebelumnya, pihak TikTok memutuskan menonaktifkan fitur live setelah banyak pengguna yang melakukan siaran langsung aksi demonstrasi, yang sering kali berujung pada tindakan anarkis dan penjarahan di berbagai wilayah.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/09/01/173507678/fitur-live-tiktok-masih-diblokir-penjual-baju-di-bangkalan-mengeluh-omzet