Salin Artikel

Harapan dari Balik Jendela Lantai 30 Saat Menyaksikan Demo Solidaritas di Surabaya

SURABAYA, KOMPAS.com – Aksi unjuk rasa yang digelar di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/8/2025) sore, menyisakan cerita dari berbagai sudut kota.

Salah satunya datang dari Deni Satrija, warga Surabaya yang bekerja di sebuah gedung perkantoran di kawasan Tunjungan Plaza.

Saat ia tengah berada di tempat kerja, ia melihat kerumunan massa dari jendela kantornya di lantai 30 dan sempat merekam suasana tersebut secara spontan, yang menjadi viral di media sosial.

“Saya sempat dokumentasikan demo yang terjadi di depan Gedung Grahadi dari lantai 30. Tapi untuk detail terjadinya bentroknya, saya kurang paham karena tidak berada langsung di lokasi. Tadi spontan ambil video footage aja dari kantor,” ujar pria yang biasa disapa Deni kepada Kompas.com.

Ia mengaku baru mendapatkan informasi mengenai aksi demonstrasi tersebut pada pagi hari melalui media sosial, yang menyebutkan akan ada unjuk rasa di depan Grahadi pukul 14.00 WIB.

Aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang meninggal setelah dilindas kendaraan taktis Brimob di Jakarta, Kamis (28/8/2025).

Sehari setelah kejadian, masyarakat Surabaya turun ke jalan, mengikuti gelombang aksi yang juga terjadi di kota-kota lainnya.

Ia mengaku meninggalkan kantor sekitar pukul 16.00. Saat itu, aksi masih berlangsung.

“Pas saya keluar kantor tadi masih berlangsung demonya. Bau asap masih tercium, dan di mata sedikit ada efek panas tidak nyaman pas keluar kantor depan Pakuwon Tower/TP 5 ya, sekitar 700 meteran dari tempat demo,” kata Deni Satrija.

Meski saat aksi tidak berada di tengah kerumunan, ia turut menyampaikan harapan agar unjuk rasa tetap berjalan dengan tertib dan aman bagi semua pihak.

“Cuma berharap para demonstran aman kondisinya, dan tidak ada bentrokan atau gesekan yang tidak perlu, supaya semua bisa selamat kembali ke rumah," ucapnya.

Terkait penanganan tragedi Affan Kurniawan itu, ia berharap pemerintah mengambil langkah nyata.

“Harus ada tindakan nyata dari pihak kepolisian guna mengusut tuntas tragedi tersebut. Jika tidak mampu, lebih baik ajukan pengunduran diri dari jabatan Kapolri. Karena masyarakat sudah sangat menurun tingkat kepercayaannya terhadap institusi kepolisian di negeri ini,” tutur warga asli Surabaya itu.

Selain itu, sebagai warga yang mengikuti dinamika sosial-politik, ia juga menyampaikan kritik terhadap kinerja DPR dan penggunaan anggaran negara yang akhir-akhir ini diperbincangkan, diikuti aksi yang melibatkan elemen masyarakat.

“Harapan saya pribadi semoga dengan adanya demo ini, para pemangku jabatan di Ibu Kota khususnya di DPR, dapat berbenah diri dan evaluasi. Karena menurut saya, gaji yang mereka dapat sudah terlalu tinggi dan tidak sesuai kinerja atau output yang mereka berikan kepada rakyat,” tuturnya.

Menurutnya, anggaran negara sebaiknya diarahkan untuk hal yang lebih mendesak, seperti peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan tenaga pendidik.

“Daripada untuk menambah gaji dan tunjangan para anggota DPR,” kata pria berusia 35 tahun itu.

Kini, melihat risiko aksi serupa kembali terjadi, ia menyarankan agar perusahaan yang berada di pusat kota mempertimbangkan kebijakan kerja jarak jauh demi keselamatan karyawan.

“Mungkin lebih baik menerapkan WFH (work from home) untuk sementara kalau ada demo lagi demi keamanan para karyawan yang bekerja di daerah sekitar lokasi demo (Gedung Grahadi),” ujar dia. 

Terjebak demo, pilih berteduh di mall

Di sisi lai, ada cerita tersendiri dari Novel Irma yang pulang kerja terjebak demo yang melebar keluar dari depan Gedung Grahadi.

Ia pun sempat terjebak di Delta Plaza saat massa mulai memenuhi jalan.

“Saya kebetulan pulang kerja jam 5 sore. Rumah saya di Kebangsren, otomatis nggak bisa lewat. Jadi saya ke Plaza Surabaya dulu, nunggu sampai demo selesai,” ujarnya.

Bersama temannya, ia mengaku baru bisa meninggalkan mall sekitar pukul setengah delapan malam, setelah pusat perbelanjaan itu mulai bersiap tutup lebih awal.

“Alhamdulillah aman selama perjalanan pulang meskipun agak was-was juga, karena massa sudah berjalan ke posisi Gubeng,” kata warga Kebangsren, Surabaya Utara itu.

“Ya awalnya nggak tahu kalau ada demo. Baru setelah Jumatan dikasih tahu ada demo, tapi tidak kepikiran kalau crowd-nya gitu,” ucapnya. 

Meski sempat cemas akan kembali terjadi, ia berharap gelombang aksi di berbagai kota termasuk Surabaya bisa memberi dampak positif bagi negeri.

“Harapannya agar bisa memperbaiki perekonomian negara, agar rakyat sejahtera. Dalam keadaan seperti ini tolonglah jangan naikkan gaji dan tunjangan DPR, jangan naikkan pajak juga. Semoga lekas membaik Indonesia, jangan mau diadu domba oleh siapapun. Tetap bersatu untuk Indonesia maju,” kata Novel Irma.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/30/211559178/harapan-dari-balik-jendela-lantai-30-saat-menyaksikan-demo-solidaritas-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com