Fenomena ini sering terjadi pada sore dan malam hari di beberapa wilayah Kota Surabaya.
Prakirawan cuaca BMKG Kelas 1 Juanda, Rendy Irawadi, menjelaskan bahwa terdapat dua penyebab terjadinya hujan lokal di tengah puncak musim kemarau.
Pertama, adanya gangguan atmosfer yang dikenal sebagai low frekuensi dan fenomena El Nino-Southern Oscillation (ENSO).
ENSO merupakan anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, khususnya di pantai barat Ekuador dan Peru, yang lebih tinggi dari rata-rata normal.
“Hal itu yang menyebabkan adanya suplai uap air basah di wilayah Jawa Timur,” ujar Rendy saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/8/2025).
Penyebab kedua adalah kelembapan udara yang relatif atau sangat basah dari permukaan hingga lapisan atas, yang memungkinkan terbentuknya awan-awan konvektif yang sangat tinggi di wilayah Jawa Timur.
Rendy menuturkan bahwa intensitas hujan lokal ini cenderung tidak merata di setiap wilayah.
“Ada beberapa wilayah yang akan cenderung hujan dengan intensitas ringan, tetapi ada beberapa juga yang berpotensi hujan lebat disertai dengan petir bahkan angin kencang,” tambahnya.
Hujan lokal di wilayah Surabaya diprakirakan akan berlangsung hingga tanggal 21 Agustus 2025.
“Jadi setelah itu, insyaallah sudah kembali normal lagi dan diprakirakan tidak ada gangguan hujan lokal lanjutan. Jadi, akan kembali panas lagi pada tanggal 22 Agustus 2025,” ungkap Rendy.
Ia juga menambahkan bahwa hujan lokal yang terjadi saat ini memungkinkan adanya penurunan suhu di siang hari berkisar antara 30-31 derajat Celsius.
Suhu tersebut akan semakin turun pada dini hari atau pagi hari.
“Nanti selepas tanggal 21 Agustus 2025, suhu akan kembali normal, naik sekitar 1 derajat Celsius menjadi antara 30-32 derajat Celsius,” pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/20/112620178/hujan-lokal-guyur-surabaya-di-puncak-musim-kemarau-bmkg-ungkap-penyebabnya