Salin Artikel

Cerita Heroik Muljono, Veteran Pejuang yang Mengusir Belanda di Pamekasan

Dengan semangat kemerdekaan, para bikers membawa bendera merah putih di jalan.

Atribut merah putih pun mewarnai sepanjang jalan menuju tempat peristirahatan terakhir para pejuang.

Suara mesin ratusan motor bergemuruh, menambah semarak kemerdekaan RI ke-80.

Sesekali bikers berteriak "Merdeka" menirukan teriakan pejuang saat berhasil usir penjajah masa itu.

Di TMP, lima veteran sudah menunggu dengan kostum pahlawan pejuang yang khas.

Setelah mendoakan para pejuang, Muljono (75) berdiri gagah, seolah usia bukan mengalahkan semangatnya bercerita perjuangan pahlawan usir Belanda.

Ia merupakan salah satu veteran pembela, dengan lantang, tegas tanpa bata-bata ia bercerita perang pada agresi militer Belanda ke II di Pamekasan.

"Saya diceritakan langsung oleh senior veteran hiruk pikuk dan mencekamnya perang di Masjid Agung Pamekasan saat melawan Belanda," tutur Muljono.

Penuh kobaran semangat ia bercerita, pada tahun 1946, Laskar Fisabilillah berusaha mengusir Belanda setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Puncaknya, tahun 1947, Laskar Fisabilillah merencanakan penyerangan di malam hari ke asrama Belanda.

Saat itu asrama Belanda berada di samping kanan gedung Utama Karesidenan Madura.

"Namun rencana itu bocor, ada orang dari bangsa kita berkhianat membocorkan rahasia penyerangan ke pihak Belanda," ungkapnya.

Sehingga, pasukan belanda sudah siap dengan semua senjata api dan banyak pahlawan yang gugur.

Akibatnya, pasukan Laskar Fsabilillah mundur ke depan Masjid Agung dan merencanakan penyerangan selanjutnya.

Dengan tekad juang, rakyat Pamekasan berperang di depan Masjid Agung dan banyak korban berguguran.

Sehingga pasukan berhasil memukul mundur Belanda ke luar dari wilayah Pamekasan.

"Para pejuang saat itu banyak yang gugur dan dimakamkan di depan Masjid Agung, di sekitar monumen Arek Lancor," katanya.

Muljono menyampaikan, pada 1970, makam para pahlawan dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan di Desa Panglegur, Tlanakan.

Penggerak ratusan bikers dan santri, RH. Lora Abas Muhamad Rofii mengatakan, dia sengaja mengajak pemuda bikers dan santri mengenang jasa pahlawan pada momentum kemerdekaan RI ke-80.

"Kami ingin menumbuhkan spirit perjuangan pemuda dan santri dan mengenang jasa para pahlawan di hari kemerdekaan," kata Lora.

Dikatakan, para bikers dan santri bisa mendengar langsung cerita heroik pejuang mengusir Belanda saat agresi militer Belanda ke II pada tahun 1947 di lokasi pemakaman para pejuang.

Salah satu bikers, Rofik mengaku sangat penting mendengar cerita langsung cerita dari para veteran di masa perjuangan.

"Kita merasa malu sebagai pemuda jika tidak bisa memberikan sumbangsih untuk bangsa dalam hal apapun, dan kegiatan ini menumbuhkan semangat baru bagi kami," ucapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/18/060734378/cerita-heroik-muljono-veteran-pejuang-yang-mengusir-belanda-di-pamekasan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com