Dari penelusuran Kompas.com, kekeringan telah melanda Desa Prancak, Kecamatan Pasongosongan, yang merupakan salah satu desa yang menjadi langganan kekeringan tiap tahun.
Stok air tadah hujan di delapan dusun di desa itu mulai menipis bahkan mengering.
Baik yang ditadah dalam kolam atau sumur.
Tidak hanya itu, sejumlah fasilitas umum seperti musala dan masjid mulai kesulitan menyiapkan air bersih untuk jemaah.
"Sudah sekitar 15 hari kekeringan mulai terasa," kata Subhan, Kepala Desa (Kades) Prancak, Jumat (15/8/2025).
Subhan memperkirakan, sisa air tadah hujan milik warga hanya akan cukup maksimal hingga akhir Agustus.
"Memasuki bulan sembilan (September), biasanya warga sudah mulai membeli untuk dikonsumsi," imbuh dia.
Hingga saat ini, ada lima dusun yang terdampak kekeringan.
Di antaranya Dusun Kembang suka, Dusun tegal Barat, Dusun Patokan, Dusun Pandian dan Dusun Prancak.
Namun, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep mengaku belum ada laporan adanya kekeringan di Sumenep.
"Belum, kami belum menerima laporan sampai saat ini," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Sumenep, Ach Laili Maulidy.
Laili menambahkan, jika terjadi kekeringan, BPBD lebih awal akan menerima laporan via telepon.
Setelah itu, dilanjutkan dengan laporan tertulis dari desa yang alami kekeringan.
"Biasanya bertelpon dulu, setelah itu bersurat," imbuhnya.
Menurut Laili, BPBD telah melakukan pemetaan wilayah atau desa yang rawan alami kekeringan sejak bulan Maret lalu.
Namun sampai saat ini pihaknya mengaku belum menerima laporan, di antaranya karena terjadinya kemarau basah di Sumenep.
"Pemetaannya sudah dari Maret lalu. Karena biasanya sudah mulai ada (laporan), tapi sampat saat ini belum," ungkapnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/15/101907778/kekeringan-sudah-mulai-berdampak-bpbd-sumenep-sudah-antisipasi-petakan