Salin Artikel

Beras Medium Langka di Kota Malang, Pemkot Sebut Isu Oplosan Jadi Pemicu

MALANG, KOMPAS.com - Kelangkaan beras medium di sejumlah pasar di Kota Malang, Jawa Timur, mendapat respons dari Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dan Perum Bulog.

Pemkot Malang menduga bahwa kondisi tersebut merupakan imbas dari merebaknya beras oplosan. Sementara Bulog menegaskan bahwa stok beras regional dalam kondisi aman hingga tahun depan.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Malang, Diah Ayu Kusumadewi, mengatakan bahwa Pemkot akan segera bertindak untuk mengurai persoalan ini.

Menurutnya, isu beras premium yang dioplos telah menimbulkan keresahan dan berdampak pada pasokan beras medium.

"Isu oplosan pada beras premium membuat beras medium terkena dampaknya," ujar Diah pada Kamis (14/8/2025).

Diah menjelaskan, praktik oplosan yang terjadi di daerah lainnya ini sering kali berbentuk "beras naik kelas". Atau, beras kualitas medium dikemas dan dijual sebagai beras premium.

Hal ini merupakan bentuk pembohongan kepada konsumen karena kualitasnya tidak sesuai standar. Standar premium mensyaratkan patahan beras maksimal 15 persen, sedangkan medium 20 persen.

"Oh iya jelas karena kalau naik kelas itu makanya Pak Menteri Dalam Negeri melalui Pak Sekjen kan sudah bilang kalau ini adalah pembohongan ini, pembohongan dari pengusahanya," kata Diah.

Meski demikian, Diah menegaskan bahwa Pemkot Malang belum dapat memastikan adanya praktik oplosan di wilayahnya karena pembuktian memerlukan uji laboratorium.

"Kami tidak bisa melihat kasat mata lalu menyatakan ini oplosan. Harus ada pemeriksaan di laboratorium," jelasnya.

Sebagai langkah tindak lanjut, Pemkot Malang berencana segera berkoordinasi dengan para distributor, melakukan pemantauan langsung ke pasar, dan berkomunikasi dengan Bulog untuk mengidentifikasi akar masalah, apakah terkait harga, distribusi, atau komunikasi.

"InsyaAllah minggu ini ada tindak lanjut. Harus cepat, karena beras adalah kebutuhan pokok," ungkapnya.

Di sisi lain, Wakil Pimpinan Kantor Bulog Cabang Malang, Mochammad Bramanda, menjamin ketersediaan pasokan beras dari gudangnya untuk wilayah Malang Raya, Pasuruan Raya, dan Kota Batu. Ia memastikan masyarakat tidak perlu khawatir mengenai stok.

"Stok kami sekitar 40.000 ton. InsyaAllah aman sampai akhir tahun ini dan tahun depan," kata Bramanda.

Bramanda menambahkan, stok tersebut akan kembali bertambah seiring masuknya musim tanam kedua (MT2) yang diperkirakan jatuh pada bulan September.

Menanggapi keluhan masyarakat mengenai sulitnya menemukan beras medium, khususnya beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Bramanda menyatakan bahwa Bulog terus menggencarkan distribusinya. Menurutnya, tidak ada kendala logistik dari pihak Bulog.

"Kami terus menyuplai beras SPHP ke semua pasar, terutama pasar-pasar pantauan BPS seperti Pasar Blimbing dan Pasar Sawojajar. Seiring berjalannya waktu, pasokan akan lebih merata," jelasnya.

Beras SPHP dijual dari gudang Bulog seharga Rp 11.000 per kilogram dan harga eceran tertinggi (HET) di pasar ditetapkan maksimal Rp 12.500 per kilogram.

Untuk memastikan distribusi berjalan lancar, Bulog bekerja sama dengan Satgas Pangan yang terdiri dari TNI, Polri, dan dinas terkait.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/08/14/152529878/beras-medium-langka-di-kota-malang-pemkot-sebut-isu-oplosan-jadi-pemicu

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com