SIDOARJO, KOMPAS.com - Dwi (40) terlihat sibuk menggendong dan menimbang bayi yang berada di lantai 2 Panti Asuhan Griya Balita SYD Sidoarjo, Jawa Timur.
Dia terlihat cukup telaten dan berpengalaman mengurus bayi. Tak henti-hentinya mengayun bayi dengan lembut untuk menciptakan rasa aman.
Setelah membuat satu bayi tertidur lelap, Dwi mulai berinteraksi dengan bayi yang lain. Meski hanya sekadar menanyakan barang-barang mainan kepada si bayi. Dwi percaya, berinteraksi bisa merangsang perkembangan kognitif dan emosional.
Setidaknya, per Minggu (27/7/2025), ada 17 bayi yang dirawat di Griya Balita SYD Sidoarjo. Mereka berasal dari latar belakang dan daerah yang berbeda-beda.
Ada yang menjadi korban sindikat perdagangan bayi, ada yang ditelantarkan karena tak diinginkan orangtuanya, ada yang lahir dari orangtua ODGJ, ada yang dititipkan karena masalah ekonomi.
Wajah-wajah bayi ini terlihat begitu manis dan polos. Senyumnya tulus dengan tatapan mata yang seolah menyimpan banyak keinginan.
Ini adalah kali pertama Dwi memilih menghabiskan waktu libur kerja untuk berkunjung ke Griya Balita SYD Sidoarjo bersama putri semata wayangnya yang sudah berusia 21 tahun.
“Awalnya tahu tempat ini dari TikTok, jadi pengin ke sini untuk sedikit membantu adik-adik bayi,” kata Dwi.
Perasaannya campur aduk saat pertama kali melihat bayi-bayi berwajah polos ini. Hatinya cukup teriris mendengar cerita pengasuh tentang perjalanan mereka.
“Mereka membuat saya lebih banyak bersyukur dan ingin lebih banyak berbagi. Saya hanya punya satu anak, dan ketika ke sini, saya terketuk untuk akan kembali berkunjung,” ungkapnya dengan penuh haru.
Pengunjung lainnya, Ica (26) datang untuk berbagi ke panti demi memenuhi nazar saat menanti momongan di tahun kedua pernikahannya.
“Karena pernah belum hamil-hamil terus nazar. Dan sebenarnya mau ke sini (panti) dan rencana lama tapi baru terlaksana sekarang,” ujarnya.
Nazarnya terpenuhi. Ica datang bersama suaminya dan putri mungilnya yang baru menginjak usia belum genap satu tahun.
“Saya ingin berpesan buat anak muda di sana lebih menjaga diri apalagi perempuan. Karena anak-anak di sini masih membutuhkan kasih sayang,” tuturnya.
Menurut salah satu pengakuan pengasuh, pengunjung panti yang membantu menimang bayi kebanyakan perempuan, jarang ada laki-laki.
Erwin (42), asal Surabaya datang bersama istri dan kedua anaknya dengan niat berdonasi. Dia menghampiri dan menyapa bayi-bayi.
Tanpa butuh waktu lama, tanpa bicara, hanya tatapan, seorang bayi laki-laki mengulurkan tangan. Ia ingin mendekap ke pelukan Erwin. Pelukannya begitu erat, seolah merindukan timangan dari sang ayah yang belum pernah dia rasakan.
“Peran ayah memang sangat penting untuk seorang anak. Bukan hanya memenuhi kebutuhan hidupnya tetapi juga memberikan kasih sayang yang penuh,” ungkapnya.
Baginya, berkunjung ke panti asuhan merupakan bentuk panggilan aksi kemanusiaan yang wajib dilakukan setiap orang yang mampu.
Dia merasa miris melihat banyaknya bayi-bayi telantar yang dititipkan keluarganya. Padahal, di awal kelahiran, dekapan rasa aman dan nyaman dari keluarga lah yang dibutuhkan.
“Semakin banyak bayi yang dititipkan ke panti asuhan, berarti dunia semakin tidak baik-baik saja,” pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/29/065719978/warga-berdatangan-menggendong-dan-memeluk-bayi-bayi-di-panti-asuhan-griya