BANYUWANGI, KOMPAS.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan temuan mereka terkait kondisi KMP Tunu Pratama Jaya yang tidak laik layar.
Temuan ini disampaikan saat rapat bersama Tim Komisi V DPR RI dan stakeholder terkait di Kantor ASDP Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (22/7/2025).
"Ini kondisi pelampung yang isinya foam bekas," ungkap Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono sembari menampilkan foto-foto pelampung yang telah sobek.
Pelampung tersebut adalah pelampung yang digunakan oleh penumpang. KNKT mengatakan bahwa kondisi pelampung tersebut tidak laik.
Namun demikian, nantinya KNKT tetap akan meneliti lebih lanjut apakah pelampung tersebut memenuhi standar keselamatan.
"Kemudian ini adalah sekoci yang tidak sengaja terlepas dan dipakai 4 orang untuk menyelamatkan diri ke dekat Gilimanuk," ujar Soerjanto sambil menunjukkan foto sekoci berwarna jingga terang.
Dalam keterangan yang ada di sekoci, sekoci mampu memuat 15 orang, namun saat kejadian hanya diisi oleh 4 orang.
Selain itu, terdapat rakit penyelamat yang ada di dalam kapal dengan kondisi kurang laik karena ditali, bahkan ditutup lakban agar tak dimasuki tikus.
"Harusnya, kalau mau diberi lakban, harus lakban khusus, bukan lakban untuk jilid buku," ujarnya.
KNKT menyoroti ketidaksadaran sumber daya di kapal terkait kondisi yang tak seharusnya sebagai kegagalan dari penerapan International Safety Management (ISM) code.
Sementara di sisi lain, perbaikan yang ada pada kapal disetujui oleh Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran (BTKP) dan Biro Klasifikasi Indonesia.
Ketika hendak dipasang, pun harus ditandatangani oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Marine Inspector.
"Harus lebih disederhanakan dan diberikan pengawasan yang lebih baik," pesannya.
Ditambahkan KNKT, ketidaklaikan juga tampak pada kapal sejenis KMP Tunu Pratama Jaya karena tidak ditemukan adanya lubang-lubang pembuangan air.
KNKT juga mendapati pintu-pintu kamar mesin yang seharusnya kedap dan tertutup, justru dibuka setiap harinya, dengan kondisi pengunci yang seharusnya enam, namun ternyata hanya ada satu pengunci.
"Harusnya menjadi pelajaran untuk kita semua bahwa kalau ini tidak dilanggar, meskipun melanggar pun tidak perlu tenggelam," tuturnya.
KNKT juga mengungkap kelemahan yang tampak pada pintu rampa depan belakang yang tak berfungsi salah satunya akibat tak pernah digunakan, sehingga menambah biaya pemeliharaan dan kemudian menjadi titik lemah karena perlu dirawat dengan biaya yang cukup berat.
Pintu rampa juga menjadi titik lemah ketika yang seharusnya ditutup total untuk mencegah air laut masuk ke kapal, namun tak bisa ditutup sebab akan menghalangi pandangan nakhoda melihat ke depan.
KNKT juga menyinggung tentang tenggelamnya plimpsoll atau garis muatan yang ditemukan di kapal-kapal yang ada di dermaga LCM Pelabuhan Ketapang.
Namun, tak ada yang menyadari hazard atau tanda bahaya, padahal hal tersebut yang dinilai sebagai kegagalan penerapan ISM code.
"Kami berharap ada solusinya, solusinya seperti apa, kami serahkan stakeholder yang membidangi," pintanya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/22/205822578/knkt-beber-kondisi-tak-laik-kmp-tunu-pratama-jaya-sebelum-tenggelam