Pemandangan sopir dan kru yang tidur di bagasi bus yang terparkir di terminal ini sudah menjadi hal yang biasa.
Arif Hidayat (40), sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), mengungkapkan pentingnya istirahat bagi para sopir.
“Istirahat secukupnya, saya tidur empat sampai lima jam itu cukup,” ujarnya.
Arif akan memberangkatkan penumpang pukul 15.00 WIB dari Terminal Bungurasih menuju Magelang.
Perjalanan malam membuatnya harus memiliki stamina ekstra, terutama untuk mengatasi rasa kantuk saat mengemudikan bus.
“Sampai di Banjarnegara itu jam 3 pagi. Tapi karena saya orang sana, jadi sudah hafal medannya. Saya dulu juga sopir bus malam,” tambah pria asal Wonosobo tersebut.
Rutinitas ini telah dilakoninya selama satu dekade terakhir, meskipun harus membagi waktu antara tidur dan bertemu keluarga.
Berbeda dengan Arif, Zainuri (41), sopir bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), memiliki aturan ketat untuk menjaga stamina.
“Sehari harus delapan jam,” tegasnya.
Zainuri mengantar penumpang dari Surabaya menuju Pare Kediri dan Blitar menggunakan Bus Bagong.
Ia memulai perjalanan dari Terminal Bungurasih Sidoarjo sejak pukul 04.00 WIB dan mengharuskan dirinya istirahat pada pukul 18.00 WIB.
Namun, rasa lelah sering kali mengganggu konsentrasi.
Untuk mengatasi rasa ngantuk di jalan, Zainuri memilih mengunyah makanan ringan.
“Nyemil bawa makanan ringan biar nggak ngantuk. Kalau ngerokok kan nggak boleh,” ujarnya.
Meskipun menghadapi tantangan terkait waktu tidur, Zainuri mengaku menikmati profesinya sebagai sopir bus.
“Senangnya jadi sopir bus karena nggak bikin jenuh. Setiap hari berpindah dari kota ke kota, meskipun ya capek banget tapi nggak bikin jenuh,” tuturnya.
Kedua sopir ini mencerminkan realitas pekerja keras di Terminal Bungurasih, di mana keseimbangan antara istirahat dan tanggung jawab adalah kunci untuk menjalani profesi yang menantang ini.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/21/174357078/cerita-sopir-bus-di-terminal-bungurasih-sidoarjo-bergelut-lawan-ngantuk