MALANG, KOMPAS.com - Minggu pertama di asrama menjadi masa adaptasi krusial bagi murid baru Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 22 Kota Malang. Untuk mencegah kebosanan dan potensi konflik, para murid memanfaatkan waktu luang dengan berbagai permainan, mulai dari sepak bola hingga kartu UNO.
Kegiatan tersebut dinilai efektif membangun keakraban dan menciptakan kenyamanan antar sesama murid. Setelah sepekan menjalani rutinitas berasrama, banyak murid mulai merasa betah.
“Saya sudah nyaman di sini, tidak ada lagi pikiran kangen keluarga. Di sini saya jadi lebih disiplin, salat bisa lima waktu, dan makanannya bergizi, ada buah dan sayur yang bagus,” ujar Ayu Safira Hidayat (16), salah satu murid, Minggu (20/7/2025).
Ayu menambahkan bahwa di kamar asrama, murid perempuan kerap bermain bersama. “Di kamar ada yang bawa UNO, catur, dan ular tangga. Biasanya kami main bareng-bareng di kamar,” katanya.
Dalam proses adaptasi, Ayu sempat mengalami demam ringan. Namun, hal itu segera tertangani oleh pihak sekolah. “Kemarin sempat demam, tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Kalau sakit, lapor ke guru dan langsung diberi obat,” ungkapnya.
Hal serupa juga dirasakan oleh Muhammad Ilham Zahuri (19). Ia menyebut suasana di asrama cukup menyenangkan karena banyak teman dan konsumsi yang layak.
“Alhamdulillah, enak di sini. Banyak teman, masalah konsumsi juga sip,” kata Ilham.
Menurut Ilham, waktu luang setelah salat Ashar hingga menjelang Magrib menjadi momen pelepas penat. “Paling banyak main sepak bola,” ujarnya.
Kebijakan kunjungan keluarga setiap akhir pekan juga memberi pengaruh besar terhadap kenyamanan murid. “Awal-awal memang kangen, tapi lama-lama terbiasa. Kunjungan keluarga jadi penyemangat,” tutur Ilham.
Kepala Sekolah SRMA 22 Kota Malang, Rahmah Dwi Norwita Imtihana, membenarkan bahwa permainan seperti sepak bola efektif menyalurkan energi murid, khususnya laki-laki.
“Gesekan itu ada karena mereka saling mengenal dan kadang energi mereka tidak terkuras. Anak cowok tenaganya ekstra. Kemarin dibelikan bola saja mereka sudah senang. Semenjak itu, setiap sore setelah kamar bersih, mereka boleh main bola,” jelas Rahmah.
Meski kini suasana lebih kondusif, Rahmah mengakui beberapa murid sempat mengalami tantangan awal berupa demam ringan hingga rasa rindu rumah. Ia menyebut hal itu bagian dari proses adaptasi.
“Anak-anak SMA ini kan mungkin tidurnya lebih malam. Di sini, jam sembilan malam wajib tidur dan jam empat pagi harus bangun. Tubuh mereka beradaptasi, akhirnya ada yang demam,” ujarnya.
Untuk penanganan kesehatan ringan, pihak sekolah menyediakan obat-obatan. Namun, jika ada keluhan yang tidak membaik seperti flu atau sakit gigi, murid akan dirujuk ke puskesmas terdekat.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/20/175209878/main-uno-dan-sepak-bola-jadi-jurus-murid-srma-atasi-homesick