SURABAYA, KOMPAS.com - Siswanto (43) duduk di pinggir trotoar shelter penumpang bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) Terminal Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Jumat (18/7/2025).
Dia duduk dengan santai sambil menikmati nasi pecel dagangan kaki lima untuk melepas lapar sedari siang. Sebatang dua batang rokok dihisap pelan-pelan.
Waktu ini cukup untuk dia nikmati sebelum dikejar jam keberangkatan. 10 menit lagi busnya harus jalan mengantar penumpang dari Surabaya menuju Yogyakarta.
“Saya berangkat jam 16.00 WIB dari Bungurasih, nanti sampai Yogyakarta paling jam 00.30 WIB,” kata Siswanto kepada Kompas.com saat menanyakan kapan dia akan beranjak.
Siswanto adalah satu dari sekian sopir bus Sumber Selamat dari PO (Perusahaan Otobus) Sugeng Rahayu jurusan Surabaya-Yogyakarta-Purwokerto.
Di kalangan Bus Mania, nama Sumber Selamat pasti tidak asing. Bus itu identik ugal-ugalan di jalur selatan, terutama saat melaju di jam-jam malam.
Tapi Siswanto membantah dia berkendara ugal-ugalan. Bukan karena ingin pamer skill meliuk-liuk di atas aspal, tapi karena dikejar waktu istirahat.
“Aslinya enggak ngebut, cuma ngejar buat istirahat. Waktu tidur kalau enggak cukup ya kepotong,” ungkapnya.
Selain dianggap suka ngebut, bus yang identik dengan gambar dua lumba-lumba ini lihai menyalip kendaraan yang ada di depannya.
“Kalau nyalip ya waktunya nyalip. Jadi harus cepat, enggak mungkin pelan. Enggak ugal-ugalan, cuma ngejar jam tidur istirahat,” timpalnya.
Bagi seorang sopir bus, tidur menjadi waktu berharga. Bagaimana tidak, hampir seluruh waktu dihabiskan menyusuri jalan dari kota ke kota.
“Kalau sampai di Jogja cepat, bisa tidur dua jam. Balik lagi Surabaya, sampai di sini tidur 4 jam,” imbuhnya.
Belum lagi setiap bus memiliki deadline masing-masing untuk tiba di pemberhentian terakhir. Apabila terlambat, bus bisa saja tidak dapat memarkirkan kendaraannya.
Meski begitu, dia memastikan ketika sedang menyetir dengan kecepatan tinggi tidak dalam keadaan mengantuk. Dia akan melepas lega ketika melihat pintu terminal sudah di depan matanya.
“Soalnya kita kan lari di kecepatan 90-95 kilometer per jam enggak bisa tidur. Jadi kalau nyetir enggak mungkin ngantuk,” ujar Siswanto.
Tapi, menurut pengakuannya, sebagian penumpang justru memilih naik bus ini karena bisa melaju dengan cepat.
“Ada penumpang yang suka ngebut, ada yang enggak suka ngebut ya kita sebagai sopir repot. Terus maunya gimana jadi biarin aja,” terangnya.
Sumber Selamat merupakan branding baru dari nama sebelumnya, Sumber Kencono. Branding baru itu karena dulunya bus ini kerap mengalami kecelakaan.
Seperti namanya, Sumber Selamat, menjadi doa bagi penumpang maupun kru bus tersebut.
“Dulunya Sumber Kencono, dulunya identik dengan kecelakaan. Kemudian dari kantor mengubah nama biar bisa mengubah nasib dan rezeki. Cukup ngubah sih. Dulunya namanya jelek jadi sekarang lumayan lebih baik,” pungkasnya.
Salah satu pelanggan setia Bus Sumber Selamat, Achmad Syafi’i (25) mengaku menjadikan bus ini andalan pulang kampung karena harganya yang ramah di kantong dan cepat.
“Alasannya murah dan cepat. Tapi ya itu karena cepat konsekuensinya ugal-ugalan, tapi sejauh ini selama naik aman. Walaupun banyak berita kecelakaan tapi keseluruhan aman selama saya naik Sumber Selamat,” katanya.
Pria asli Bantul ini menemukan adrenalin tersendiri ketika duduk di bangku penumpang saat bus melaju kencang.
“Bagi saya, itu ada adrenalin sendiri dan mungkin bagi sebagian orang menakutkan. Tapi bagi saya ingin cepat dan murah ya sebanding lah,” tuturnya.
Dia berharap agar PO Sugeng Rahayu dapat mengevaluasi rutin setiap sopirnya agar tetap mengedepankan keamanan saat berkendara.
“Tapi mungkin Sumber Selamat sendiri bisa dievaluasi lah sopirnya supaya ugal-ugalannya itu terukur dan tidak membahayakan orang lain. Dan yang penting tetap jadi bus cepat, aman, murah,” pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/18/204800278/pengakuan-sopir-bus-sumber-selamat-yang-sering-dianggap-ugal-ugalan