Salin Artikel

Setujui Larangan Parkir di Jalan Tunjungan, Warga Surabaya: Soalnya Itu yang Bikin Macet, Dampaknya sampai Jalan Praban

Berdasarkan pantauan Kompas.com, tampak arus lalu lintas di sekitar Jalan Tunjungan ramai lancar.

Sejumlah kendaraan roda dua maupun roda empat sesekali berhenti karena ada orang melintas.

Sementara itu, sepeda motor yang biasanya diparkir di sepanjang Jalan Tunjungan sudah tak terlihat. Ada beberapa karung berwarna putih yang tergeletak di tepi jalan.

Salah satu pengunjung, Abraham Rahman (30), warga Kecamatan Rungkut, Surabaya, mengaku baru mendatangi Jalan Tunjungan setelah adanya pelarangan parkir, Selasa (15/7/2025).

"Sebenarnya saya sudah tahu soal pelarangan parkir dari berita, tapi saya kira masih ada yang markir ternyata sudah enggak," kata Rahman, saat ditemui di lokasi, Kamis (17/7/2025).

Rahman mendukung kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang menghapus adanya parkir di tepi Jalan Tunjungan.

Sebab, parkir di tepi jalan kerap menimbulkan kemacetan saat sore hingga malam.

"Setuju saya larangan parkir di Jalan Tunjungan, soalnya kayaknya itu yang buat macet di sini. Terutama pas pas weekend, pengunjungnya ramai, terus kendaraan yang lewat banyak," ujarnya.

Sementara itu, pengunjung lainnya, Pratama (25), warga Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, mengaku tidak pernah parkir di sepanjang Jalan Tunjungan. Sebab, dia khawatir kendaraannya hilang.

"Saya kalau parkir memang biasanya di bekas Kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional), baru nanti keliling, tempatnya enak, masuk ke dalam ada karcisnya jadi enggak khawatir motornya hilang," kata Pratama.

Pratama pun memberikan respons positif mengenai larangan parkir di tepi jalan umum tersebut.

Sebab, menurutnya, kemacetan di Jalan Tunjungan membuatnya malas keluar saat akhir pekan.

"Setuju dihilangkan parkirnya, soalnya kayaknya itu yang buat macet Jalan Tunjungan, terus dampaknya sampai ke Jalan Praban, soalnya itu ada lampu merah jadi semakin macet," katanya. 

Diberitakan sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi membeberkan alasannya meniadakan parkir kendaraan di sepanjang Jalan Tunjungan, Kecamatan Genteng.

Eri mengatakan, salah satu alasannya menghapus parkir di tepi Jalan Tunjungan dari sisi pariwisata, yakni membuat masyarakat yang datang bisa menikmatisuasana tanpa kemacetan.

"Surabaya ini sudah menjadi kota yang nyaman untuk wisata cepat. Berarti agar bisa berjalan cepat, orang nyaman, ya harus saya tata," kata Eri, di Balai Kota Surabaya, Rabu (16/7/2025).

Dengan demikian, Eri berharap, para wisatawan bisa melihat pemandangan Jalan Tunjungan dari kendaraan. Sebab, sudah tidak ada lagi kendaraan yang menghalangi pandangan.

"Jangan sampai orang itu ketika lewat Jalan Tunjungan tidak bisa menikmati. Karena satu crowded (macet) dan kedua kate ndelok (mau melihat) keindahan Tunjungan ketutupan kendaraan," ujarnya.

Dampaknya, kata Eri, akan semakin banyak wisatawan yang berminat untuk mengunjungi Jalan Tunjungan. Hal tersebut berdampak positif bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya.

"Semakin nyaman orang yang datang ke tempat itu (Jalan Tunjungan), trotoarnya di-gawe melaku (dibuat jalan) enak. Maka semakin banyak orang yang datang ke Surabaya," katanya. 

"Semakin banyak orang datang ke Surabaya, PAD kita semakin meningkat. PAD kita semakin meningkat, sejahtera orang Surabaya karena sekolahnya gratis dan lain-lain gratis," ucap Eri Cahyadi. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/17/200652178/setujui-larangan-parkir-di-jalan-tunjungan-warga-surabaya-soalnya-itu-yang

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com