Sebanyak 100 murid di sekolah tersebut mulai tinggal di asrama sejak Senin (14/7/2025) lalu.
Kepala SRMP 16 Kota Malang, Rida Afrilia Santi mengatakan, ada siswa yang menangis karena rindu orangtuanya.
Namun, kondisi tersebut dinilainya wajar dalam masa transisi sekolah dengan sistem berasrama.
Ia menyampaikan bahwa pihak sekolah telah mengatasi hal ini.
Menurutnya, tangisan siswa di malam-malam pertama merupakan hal yang lumrah terjadi.
"Memang ada yang menangis, itu wajar ya. Biasanya mungkin di rumah tidur sama mamanya, jadi masih kangen rumah," kata Rida pada Rabu (16/7/2025).
Untuk mengatasi hal tersebut, para siswa tidak dibiarkan sendiri.
Pihak sekolah telah menyiapkan sistem pendampingan dengan siaga 24 jam untuk mendampingi, menenangkan, dan menjadi pengganti orangtua bagi para siswa selama di asrama.
"Di sini orang tuanya ya wali asuh dan wali asrama itu. Mereka yang tidur di sini dan siap sedia mendampingi anak-anak," katanya.
Sebelum resmi memulai kehidupan di asrama, semua siswa telah menjalani serangkaian tes, termasuk tes kesehatan dan tes kebugaran yang dibantu oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang.
Dari hasil tes kesehatan, ditemukan dua siswa yang mengalami penyakit kulit atau skabies.
Keduanya untuk sementara waktu dipulangkan agar fokus pada penyembuhan dan tidak menulari siswa lain.
"Kami siap menerima mereka kembali kapan pun saat sudah benar-benar sembuh," katanya.
Selain itu, tes kebugaran telah dilakukan untuk memetakan kondisi fisik siswa.
Ditemukan beberapa siswa yang memiliki riwayat penyakit seperti asma, yang kini menjadi catatan dan perhatian khusus bagi pihak sekolah.
Untuk penanganan medis, sekolah telah memiliki Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan menjalin kerja sama dengan puskesmas terdekat.
SRMP 16 Kota Malang saat ini menampung 100 siswa, terdiri dari 55 perempuan dan 45 laki-laki yang berasal dari berbagai wilayah di Kota Malang.
Mereka difasilitasi dengan 7 kamar asrama, yakni 4 kamar untuk perempuan dan 3 kamar untuk laki-laki.
Kemudian, ruang kelas, laboratorium IPA, laboratorium komputer, dan perpustakaan.
Selanjutnya, ruang makan, dapur, ruang ibadah, dan UKS.
Selain itu, terdapat area jemur pakaian.
Saat ini, rasio pendampingan adalah satu wali asuh untuk 25 anak, dengan target ideal ke depan adalah satu wali asuh untuk 10 anak.
Pihak sekolah masih dalam proses menambah personel untuk mencapai rasio ideal tersebut.
Selama pekan pertama, para siswa mengikuti agenda Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Kegiatan diisi dengan pengenalan lingkungan sekolah seperti Wiyata Mandala, perkenalan dengan 12 guru dan tenaga kependidikan, serta materi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang berfokus pada kemandirian.
"Ini lebih ke arah bagaimana pembiasaan hidup mandiri saat di sekolah dan asrama, cara belajarnya seperti apa, jadi lebih dijelaskan ke sana," katanya.
Dalam dua bulan ke depan, para siswa juga akan mengikuti program matrikulasi dan pemetaan bakat minat untuk menunjang potensi akademik dan non-akademik mereka.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/16/125420278/awal-menginap-murid-di-asrama-sekolah-rakyat-smp-kota-malang-homesick