Salin Artikel

Sekolah Rakyat di Kota Malang Belum Dimulai, Tunggu Instruksi Pemerintah Pusat

MALANG, KOMPAS.com - Jadwal pembelajaran bagi 100 calon siswa Sekolah Rakyat (SR) jenjang SMP di Kota Malang, Jawa Timur, masih belum jelas. Padahal, Kepala Staf Kepresiden (KSP) AM Putranto sebelumnya telah menyampaikan bahwa pemerintah pusat telah menetapkan jadwal belajar mengajar SR Tahun ajaran baru 2025 - 2026 dimulai pada 7 Juli.

Hal itu disampaikan saat meninjau progres revitalisasi gedung Poltekom untuk Sekolah Rakyat jenjang SMP di Kota Malang beberapa waktu lalu. Namun, hingga saat ini kegiatan belajar mengajar belum ada.

Sehingga, nasib pendidikan 100 anak terpilih di Kota Malang ini bergantung sepenuhnya pada keputusan dan kesiapan pemerintah pusat untuk memulai operasional Sekolah Rakyat secara penuh.

Sekretaris Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kota Malang, Kenprabandari Aprilia, mengatakan bahwa pembelajaran formal dan program tinggal di asrama Sekolah Rakyat belum akan dimulai.

Agenda awal para pelajar angkatan pertama bukan dengan kegiatan belajar. Melainkan, dengan pemeriksaan kesehatan wajib pada Senin (14/7/2025) mendatang.

"Hari Senin itu masih pemeriksaan kesehatan, belum ada pembelajaran apalagi menginap di asrama. Tes ini wajib untuk memastikan semua anak dalam kondisi sehat dan siap mengikuti seluruh kegiatan di asrama, termasuk yang bersifat fisik seperti olahraga," kata perempuan yang akrab disapa Niken ini pada Jumat (11/7/2025).

Ia menjelaskan, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, melalui Dinsos P3AP2KB, masih menunggu instruksi lebih lanjut dari pemerintah pusat, khususnya Kementerian Sosial (Kemensos), terkait jadwal resmi dimulainya proses pendidikan.

"Semua arahan, mulai dari jadwal masuk hingga teknis pembelajaran, langsung dari pusat. Jadwalnya pun beberapa kali mengalami revisi," ungkapnya.

Ketidakpastian ini membuat Dinsos P3AP2KB belum bisa memberikan penjelasan pasti kapan para pelajar akan mulai belajar dan menempati asrama di gedung Poltekom itu untuk Sekolah Rakyat.

Meskipun gedung telah siap digunakan, Niken menekankan bahwa seluruh penyediaan sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab penuh pemerintah pusat.

Pemkot Malang hanya berperan sebagai penyedia lokasi setelah penandatanganan alih pinjam pakai aset.

"Perbaikan gedung ditangani oleh Kementerian PU pusat. Pengisian mebel, tempat tidur asrama, dan semua perlengkapan lainnya disiapkan oleh Kemensos. Kami di daerah tinggal menunggu semuanya siap," jelasnya.

Sebanyak 100 siswa yang diterima berasal dari keluarga tidak mampu yang datanya terdaftar dalam desil 1 dan 2 Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN). Proses rekrutmen diakui cukup menantang karena program ini merupakan yang pertama kali dan banyak orangtua masih ragu.

"Alhamdulillah, kuota 100 anak untuk jenjang SMP dari Kemensos terpenuhi. Sebenarnya ada jenjang SMA, namun dilakukan oleh pemerintah provinsi, sehingga Kota Malang saat ini hanya menjalankan program SMP," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/11/165146578/sekolah-rakyat-di-kota-malang-belum-dimulai-tunggu-instruksi-pemerintah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com