Salin Artikel

Status Kepegawaian Kepala Sekolah Rakyat di Pamekasan Masih Melekat ke Pemerintah Daerah

Namun status kepegawaian kepala sekolah masih melekat ke pemerintah daerah, Kamis (10/7/2025).

Informasi yang dirangkum kompas.com, kepala Sekolah Rakyat tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pamekasan sudah ditentukan.

Yaitu atas nama Aisyah Minarni Mukti yang berasal dari salah satu tenaga pendidik di SMPN 2 Pamekasan.

Kepala bidang Tenaga Pendidik (Kabid Tendik) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud) Pamekasan Fadlillah mengatakan, jika salah satu Aparatur Sipil Negara (ASN) tenaga pendidik di lingkungannya terpilih menjadi kepala Sekolah Rakyat.

"Kami tidak berkaitan dengan rekrutmen tenaga pendidik sekolah rakyat, tapi kepala sekolahnya adalah salah satu tenaga pendidik di wilayah Disdikbud Pamekasan," kata Fadlillah.

Dia menyampaikan, Aisyah yang terpilih sebagai kepala sekolah sudah mengikuti pelatihan beberapa hari lalu.

Bahkan, hasilnya pun sempat dilaporkan ke Disdikbud Pamekasan.

Namun, status kepegawaiannya masih melekat di Disdikbud.

Sebab belum ada pemberitahuan lanjutan soal status kepala sekolah rakyat.

"Untuk sementara masih SK di Disdikbud. Mungkin sambil menunggu status beliau di Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Kemensos langsung," katanya.

Sehingga, selama belum ada perubahan, pembayaran gaji yang bersangkutan dari anggaran di Disdikbud.

Fadillah menegaskan, jika pihaknya mendukung program presiden tersebut.

Sehingga, dinilai tidak menjadi masalah soal gaji yang masih membebani Disdikbud Pamekasan.

"Yang bersangkutan memang sempat menanyakan soal status. Namun, selama belum ada perubahan tetap dibayarkan gajinya melalui Disdikbud Pamekasan," ucapnya.

Sekolah rakyat di Pamekasan hanya dibuka untuk tingkat SMP.

Lokasi sekolah sudah dipastikan berada di gedung Eks Akper Pamekasan yang merupakan kepemilikan Politeknik Negeri Madura (Poltera).

Kepala Sekolah Rakyat tingkat SMP di Pamekasan, Aisyah Minarni Mukti mengungkapkan, soal statusnya masih menunggu pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah pusat.

"Masih menunggu regulasi dari pemerintah pusat mas,"katanya singkat.

Sebelumnya sudah dilakukan penjaringan siswa sebanyak 50 orang sesuai Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).

Jumlah itu akan bagi dua rombongan belajar (rombel), satu kelas berisi 25 siswa.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/10/183527278/status-kepegawaian-kepala-sekolah-rakyat-di-pamekasan-masih-melekat-ke

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com