Salah satu nelayan setempat, Moh Junaidi mengatakan, cuaca buruk yang terjadi saat ini cukup membuat nelayan kehilangan pendapatan.
Sebab, saat pergi melaut, hasil tangkapan minim dan jumlah solar yang dikeluarkan cukup banyak.
"Bisa dibilang ini masa paceklik bagi kami," ujarnya, Kamis (10/7/2025).
Saat ini, menurut Junaidi, jumlah nelayan yang melaut cukup minim.
Bahkan, mayoritas nelayan tak menggunakan jaring, tetapi hanya mengandalkan alat tangkap bubu untuk mencari ikan.
Jarak yang digunakan juga tak terlalu jauh karena khawatir cuaca buruk.
"Ada juga yang melaut pakai perahu kecil dan hanya membawa bubu, tapi ya hasilnya sedikit dan itupun ikannya campur," ujarnya.
Saat kondisi stabil, perahu porsin atau perahu berukuran besar yang digunakan nelayan dengan jaring lebar biasanya mampu menangkap ikan tongkol, tuna, dan salem hingga 2 ton.
Namun, saat cuaca ekstrem seperti saat ini, hasil tangkapan turun drastis.
"Saat ini nelayan perahu Porsin belum ada yang melaut. Biasanya saat cuaca stabil, per perahu bisa dapat satu sampai dua ton. Sekarang hanya bawa perahu kecil pakai bubu, hasilnya 5 sampai 10 kilogram, itupun ikannya campur," ungkapnya.
Ia berharap, cuaca ekstrem ini bisa segera stabil kembali sehingga nelayan bisa kembali melaut dengan tangkapan besar.
"Ya semoga cuacanya segera membaik karena kami kalau dipaksa melaut, selain bahaya cuaca buruk, juga rugi di bahan bakar," katanya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan, Taufik Efendi mengatakan, cuaca ekstrem diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Agustus.
"Menurut BMKG, cuaca ekstrem ini diperkirakan sampai bulan Agustus dasarian pertama," ucapnya.
Ia juga mengimbau agar nelayan berhati-hati saat melaut karena kondisi bisa berubah drastis.
Para nelayan disarankan untuk mengecek prakiraan cuaca sebelum pergi melaut.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/07/10/131951378/tangkapan-ikan-turun-drastis-imbas-cuaca-buruk-nelayan-bangkalan-ini