Salin Artikel

Cerita Pahit Para Korban Dugaan Penipuan Rumah Cessie, Ada Aset-aset Dijual hingga Pinjam Uang ke Bank

Hal tersebut disampaikan oleh para korban kepada Wakil Wali Kota Surabaya Armuji dalam mediasi yang digelar di Kantor Pusat Pemerintah Kota Surabaya, pada Kamis (26/6/2025).

Sekitar ada 7 orang yang hadir dalam mediasi tersebut.

Lalu, masing-masing korban menyampaikan kronologi penipuannya kepada Armuji.

Salah satunya, Anisa asal Citra Harmoni, Sidoarjo yang pertama kali mengetahui informasi jual beli rumah cessie tersebut pada tahun 2024 melalui iklan di Facebook seharga Rp350 juta.

Karena tertarik, ia akhirnya menghubungi nomor kontak yang tertera dan dialihkan ke Desi Nuryati.

Akhirnya, ia setuju membayarkan uang sekitar Rp 150 juta sebagai DP dan Rp10 juta sebagai uang fee dengan penyerahan rumah 6 bulan setelah perjanjian.

“Ternyata setelah 6 bulan Bu Desi gak segera menyerahkan (rumahnya), lalu dia minta perpanjangan waktu 4 bulan, saya tolak, saya minta uang saya dikembalikan," kata dia kepada Cak Ji, sapaan akrab Armuji.

"Dijanjikan dua minggu uangnya balik, tapi enggak dikembalikan juga. Lalu saya laporkan ke kepolisian, sampe sekarang masih di tahap penyelidikan,” jelasnya.

Pihaknya juga hanya diberikan fotokopian sertifikat rumah cessie tanpa ada jaminan dokumen yang lain.

“Sebelumnya memang enggak dikasih (dokumennya), tapi setelah kita DP itu hanya diberi foto kopiannya aja,” sebutnya.

Bahkan, dia juga sempat mengambil uang pinjaman ke bank yang mulanya untuk melunasi pembelian rumah cessie itu.

“Saya ambil sekitar Rp 100 juta dari bank dan sampai sekarang cicilannya juga masih berjalan,” tuturnya.

Kini, ia hanya menginginkan pihak pelaku untuk mengembalikan uang ganti rugi secara penuh.

“Rumah yang ditawarkan rumah kos, kan pikir saya kalau berhasil ya Alhamdulillah jadi punya kos, kita jadi punya penghasilan, tapi ternyata dapat janji palsu ini,” ucapnya.

Sementara itu, Suryanti Made Ali juga mengaku mengetahui dari iklan di media sosial pada tahun 2024 tentang penjualan rumah cessie seharga Rp 600 juta.

“Terus kami disuruh DP Rp 300 juta, tapi karena kami gak punya uang langsung, akhirnya kami cicil Rp30 juta tiap harinya dan selesai dalam waktu 10 hari,” jelasnya.

Setelah itu, mulai tanggal 1 Juli 2024 hubungan komunikasi antara dirinya dengan Desi mulai merenggang.

Desi sangat sulit untuk dihubungi dan selalu tidak ada saat setiap kali ditemui di kantornya.

“Akhirnya kita coba hubungi Bu Desi by phone terus dia mengatakan kalau gak bisa lanjut, saya bilang gak apa, tapi kembalikan uang saya," kata dia.

"Lalu, terjadilah kesepakatan akan dikembalikan 15 hari tapi dicicil, terus dengan perjuangan yang luar biasa, dikembalikan senilai Rp 100 juta, tapi habis itu stop,” terangnya.

Sekitar pertengahan Maret, Desi kembali membayarkan uang ganti rugi senilai Rp 100 juta dari kekurangan nominal Rp 300 juta.

Tapi sampai saat ini, sisa kerugian uang yang dimilikinya belum juga dikembalikan.

Akibat kejadian itu, Suryanti juga harus menjualkan beberapa asetnya seperti mobil, motor, dan masih banyak lagi.

“Karena kami orang kecil kalau sudah ngomong harus kita tempati, sampai kendaraan anak saya seharga Rp 80 juta dan aset-aset lain juga saya jual pak karena kita gamau cedera janji,” sebutnya.

Dalam proses mediasi tersebut, akhirnya Cak Ji memutuskan agar Desi tetap menjalankan skema kesanggupan pembayaran 7 bulan dengan mencicil setiap bulannya kepada para korban.

Apabila nantinya dia tidak bisa mengembalikan uang ganti rugi, maka para korban dapat langsung mengajukan gugatan pidana.

“Tapi supaya gak wanprestasi, kalau Bu Desi sebelum 7 bulan siap mengembalikan maka laporannya akan di cabut, tapi kalau selama 7 bulan itu Bu Desi enggak menyanggupi membayar maka langsung dipidanakan,” ujar Cak Ji.

Ia juga berpesan agar para masyarakat Surabaya tidak lagi mudah tertipu dengan modus jual beli rumah dengan harga murah.

“Maka saya minta seluruh warga kota Surabaya agar tidak mudah tergiur iming-iming brosur jual rumah murah, jangan percaya ini yang harus Bapak Ibu cermati,” pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/26/204935078/cerita-pahit-para-korban-dugaan-penipuan-rumah-cessie-ada-aset-aset-dijual

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com