Salin Artikel

Pantai Kepulauan Sapeken Tertutup Sampah, Harus Ada Upaya Darurat

Dalam video tersebut, terlihat sampah rumah tangga menumpuk dan menutupi sebagian besar garis pantai.

Ketua Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PAC GP Ansor) Sapeken, Indra Sidarta, menjelaskan bahwa kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya tempat pembuangan akhir (TPA) di desa tersebut.

"Di Desa Sapeken ini hanya ada dua TPA, dan saat ini kondisinya sudah penuh dan tidak terurai. Karena itu, sebagian warga akhirnya terpaksa membuang sampah ke pinggir pantai," ungkapnya.

Indra menambahkan bahwa ketiadaan TPA memaksa warga setempat untuk membuang sampah di area pantai.

Akibatnya, tumpukan sampah semakin menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap yang mengganggu kesehatan warga.

"Setiap hari warga hanya bisa membuang sampah ke pantai karena tidak ada alternatif. Kalau dibiarkan terus, ini bisa jadi bencana ekologi," tambahnya.

Menurut Indra, penumpukan sampah tidak hanya menyebabkan bau tak sedap, tetapi juga mencemari ekosistem pesisir dan laut, serta mengancam mata pencaharian nelayan.

Pulau Sapeken, yang merupakan salah satu pulau terluar di wilayah Madura, memiliki keterbatasan infrastruktur, termasuk sistem pengelolaan sampah.

Hingga saat ini, belum ada tempat pembuangan resmi maupun sistem pengangkutan limbah rumah tangga yang terorganisir.

Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep menunjukkan bahwa volume sampah rumah tangga di wilayah kepulauan rata-rata mencapai 0,4 kilogram per orang per hari.

Dengan jumlah penduduk Pulau Sapeken yang diperkirakan sekitar 8.000 jiwa, potensi tumpukan sampah harian bisa mencapai lebih dari 3 ton.

"Sebelum ada solusi jangka panjang, kami berharap ada upaya darurat, seperti pengiriman kontainer sampah, pelatihan pengelolaan limbah, atau kerja sama dengan pihak swasta untuk mengurangi beban lingkungan," jelas Indra.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep mengakui bahwa mayoritas kecamatan yang berada di wilayah kepulauan Sumenep belum memiliki tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).

"Memang mayoritas (di kepulauan) belum ada (TPST)," ungkap Arif Susanto, Kepala DLH, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Arif menambahkan, terdapat sembilan kecamatan di wilayah kepulauan, yaitu Kecamatan Pulau Masalembu, Sapeken, Kangayan, Arjasa, Ra'as, Nonggunong, Gayam, Giligenting, dan Talango.

Dari sembilan kecamatan tersebut, baru Kecamatan Pulau Arjasa yang memiliki TPST yang diresmikan sekitar tahun 2024 lalu.

Namun, TPST dengan sistem pembakaran sampah tersebut belum beroperasi secara maksimal. "Memang belum maksimal," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/22/141242678/pantai-kepulauan-sapeken-tertutup-sampah-harus-ada-upaya-darurat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com