Salin Artikel

Beri Sambutan pada Haul Bung Karno, Menag: Tokoh Tak Punya Karakter Tidak Layak Jadi Pemimpin

BLITAR, KOMPAS.com – Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan bahwa seharusnya para pemimpin meneladani sosok Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno (Bung Karno) atas kuatnya karakter serta keteguhan dalam memegang prinsip.

Mengutip Ayat Al Quran dan peribahasa dalam Bahasa Arab, Nasaruddin mengatakan bahwa pemimpin yang tidak punya karakter sebenarnya tidak layak menjadi pemimpin.

“Orang yang tidak punya karakter tidak layak menjadi tokoh, pemimpin. Dan, belajarlah karakter itu dari Bung Karno,” kata Nasaruddin dalam pidato sambutannya pada puncak acara peringatan wafatnya Bung Karno di kompleks Makam Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (21/6/2025).

Kata Nasaruddin, salah satu karakter yang dimiliki Bung Karno adalah rasa malu jika mengorbankan penderitaan rakyat dan bangsa untuk kesenangan pribadi.

“Salah satu yang dimiliki Bung Karno adalah rasa malu menjadi orang yang menyenangkan diri sendiri tapi rakyatnya terpuruk, bangsanya tertindas. Baca sejarah almarhum,” ujarnya.

Dalam sejarah perjuangan bangsa, kata dia, Bung Karno berulang kali memilih untuk tetap memperjuangkan kemerdekaan bangsanya dari penjajahan meskipun mendapatkan iming-iming harta yang amat besar.

Menurut Nasaruddin, bagi Bung Karno saat itu kemerdekaan bangsanya jauh lebih mahal dibandingkan sekedar satu gunung emas sekali pun.

“Ini pemimpin yang punya prinsip, punya istiqamah. Orang yang tidak punya istiqamah, sama dengan orang yang tidak punya malu, orang itu hidup tapi mati. Mayat berjalan,” ujarnya.

Nasaruddin menyebut Bung Karno sebagai pemimpin yang bisa mengesampingkan egonya untuk kepentingan bangsa dan rakyat, yakni pembebasan dari penjajahan juga pembebasan dari ketertindasan pikiran.

Karena itu, kata dia, Bung Karno akan selalu dikenang sepanjang masa tidak hanya oleh Bangsa Indonesia tapi juga bangsa-bangsa lain di dunia.

“Jangan menyangka orang yang mengorbankan diri untuk kemaslahatan umat itu wafat. Tidak. Dia tidak akan pernah mati,” ujarnya.

Puncak dari rangakaian peringatan Haul Bung Karno yang ke-55 yang berlangsung di kompleks Makam Bung Karno di Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar, itu dihadiri oleh ribuan orang dari berbagai daerah.

Rangkaian peringatan Haul Bung Karno, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Blitar dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jawa Timur, itu diawali dengan acara Kenduri Tumpeng dan Doa Bersama pada Jumat (20/6/2025) malam.

Sementara itu, Ketua DPD PDIP Jawa Timur, Said Abdullah, mengatakan bahwa pidato sambutan yang disampaikan Menteri Agama Nasaruddin Umar telah menambah semangat bagi kader PDIP serta mayakinkan Bung Karno sebagai pemimpin besar.

“Beliau juga menegaskan bahwa Bung Karno telah berjasa bagi Bangsa Indonesia. Maka semoga kita semua diberi kesempatan untuk mewujudkan mimpi dan pemikiran Bung Karno,” ujarnya.

Salah satu pemikiran Bung Karno, kata Said, adalah gotong-royong sebagai karakter Bangsa Indonesia.

“Gotong-royong itu bisa kita lihat kalau kita ke desa-desa warga membangun rumah secara gotong-royong. Membangun bangsa juga harus bersama-sama, gotong-royong, tidak bisa tidak,” pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/21/161916978/beri-sambutan-pada-haul-bung-karno-menag-tokoh-tak-punya-karakter-tidak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com