Salin Artikel

Pelantikan PPPK Lumajang Diselimuti Duka, Sekar Pergi Sehari Sebelum Wujudkan Mimpi

Senyum semringah merekah di setiap bibir peserta pelantikan yang hadir. Cita-cita menjadi abdi negara akhirnya terwujud.

Namun, di tengah suka cita yang meluap, ada ruang yang sengaja dibiarkan kosong dalam barisan peserta.

Ya, tempat itu milik Sekar Miadiarti (34), calon PPPK yang tak bisa hadiri hari bahagianya karena lebih dulu dipanggil untuk menghadap Sang Maha Kuasa.

Jauh di pojok barisan, tampak seorang ibu berbaju hitam yang tidak henti-hentinya terisak sambil menyeka air mata yang terus membasahi pipinya.

Ibu itu bernama Djayeng, mertua almarhumah. Ia sengaja datang untuk mewakili sang putri menjemput cita-cita yang tinggal selangkah lagi digapai.

Djayeng bercerita, sepasang seragam putih hitam sudah tergantung rapi di kamar Sekar. Ia baru saja menyetrika baju itu untuk dipakainya hari ini.

Kemarin sore, di saat ia selangkah lagi mencapai impiannya, takdir menjemput Sekar dan buah hatinya yang belum sempat melihat dunia.

Komplikasi plasenta yang terputus mengakhiri semua harapan yang telah ia rajut selama 10 tahun mengabdikan diri di SMPN 1 Candipuro sebagai guru honorer.

Saat menghembuskan napas terakhirnya, Sekar sedang berjuang, bukan hanya untuk SK PPPK yang jadi impiannya, melainkan juga untuk sang buah hati yang ingin dilihat senyumnya.

"Sebenarnya enggak sakit, pagi itu masih ngajar, tapi kemarin sore tiba-tiba dia enggak kuat perutnya sakit, akhirnya sama anak saya (suami almarhumah) langsung dibawa ke rumah sakit, tapi akhirnya meninggal dunia, katanya plasentanya terputus," kata Djayeng mengenang perjuangan terakhir Sekar, Selasa (17/6/2025).

Di rumahnya, 20 kilometer dari lokasi pelantikan, seragam putih hitam yang telah disetrika dan digantung dengan hati-hati itu kini menjadi monumen bisu bagi sebuah janji yang tak kesampaian.

Ia telah mempersiapkan segalanya, baik mental, fisik, hingga seragam kebesaran itu. Sekar siap untuk hari besar ini.

Kepergian Sekar hanya sehari sebelum pelantikan bak petir di siang bolong, meninggalkan duka mendalam yang menyelimuti keluarga, kerabat, dan bahkan rekan-rekan seperjuangannya yang hari ini dilantik.

Mereka yang mengenal Sekar tahu betapa kerasnya ia berjuang, melewati setiap tahapan seleksi dengan penuh dedikasi.

"Dia 10 tahun ngajar sebagai honorer di SMP Candipuro, pas dapat pengumuman lolos PPPK dia sangat senang, beberapa hari sebelum meninggal dunia gak ada tanda apa pun, dia tetap ceria seperti biasa, malah kelihatan lebih bahagia karena mau dilantik hari ini," ujar Djayeng.

Di antara deretan nama yang dipanggil dan SK yang diserahkan, ada keheningan untuk Sekar, seorang calon PPPK yang berpulang di ambang mimpinya.

Ibu mertua yang datang mewakili Sekar tak kuasa menahan tangis saat dipeluk Bupati Lumajang Indah Amperawati.

Tepuk tangan ratusan peserta pelantikan PPPK langsung pecah memberikan penghargaan terakhir untuk Sekar.

Bupati Lumajang Indah Amperawati berjanji akan melayat ke rumah duka hari ini.

"Saya minta kepala BKD untuk cek karena kalau dia berstatus tenaga kontrak tentu ada BPJS tenaga kerja yang akan mengeluarkan santunan kematian. Jadi akan kita cek. Tapi nanti saya dan Mas Wabup akan melayat ke rumah duka," ujar Indah.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/17/150214878/pelantikan-pppk-lumajang-diselimuti-duka-sekar-pergi-sehari-sebelum

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com