Salin Artikel

Dokter Spesialis Mata Langka di Madiun, Antrean Operasi Katarak Sampai 6 Bulan

MADIUN, KOMPAS.com - Langkanya dokter spesialis mata menyebabkan atrean pasien operasi katarak di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Tak tanggung-tanggung, pasien katarak di Kabupaten Madiun harus mengantre hingga enam bulan untuk menjalani operasi katarak di RSUD Caruban, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.

Direktur RSUD Caruban, drg. Farid Amirudin yang dikonfirmasi Jumat (13/6/2025) membenarkan antrean pasien operasi katarak di rumah sakit itu mencapai enam bulan. Kondisi ini terjadi lantaran RSUD Caruban hanya memiliki satu dokter ahli spesialis mata.

“Kami di sini hanya memilki satu dokter spesialis mata. Sebenarnya kami sudah berusaha mencari tambahan dokter ahli mata dengan perekrutan seleksi CPNSD. Namun tidak ada yang mendaftar,” kata Farid.

Farid mengatakan, antren pasien katarak untuk dioperasi sekitar 300 orang. Sementara kemampuan satu dokter ahli mata hanya dapat melakukan operasi katarak paling banyak 40 orang dalam waktu satu bulan.

Kondisi itu diperparah dengan aturan BPJS Kesehatan yang hanya memberikan jaminan kuota sebanyak 25 operasi katarak setiap bulannya. Dengan demikian, bila sudah melebihi kuota, pasien harus antre di bulan berikutnya.

Menurut Farid, operasi tidak bisa dilakukan banyak setiap hari lantaran pasien mata berstatus rawat jalan yang mendatangi poli klinik juga membludak. Bahkan satu hari bisa melayani 90 pasien gangguan mata.

“Pasien yang datang ke poli bisa 90 sehari. Dan itu bisa menambah terus kunjungan pasien mata di rumah sakit,” tutur Farid.

Ia menambahkan, sebenarnya Pemkab Madiun juga memiliki dokter ahli mata yang bekerja di RSUD Dolopo yang berada di wilayah selatan Kabupaten Madiun. Namun, di RSUD Dolopo belum bisa melayani operasi katarak seperti di RSUD Caruban.

Agar tidak terjadi antrean panjang, Farid meminta bantuan Universitas Airlangga (Unair) dan RSU Dr. Soetomo untuk mendatangkan dokter residen (dokter umum yang sedang menempuh pendidikan spesialis mata) ke RSUD Caruban. Tak hanya itu, RSUD Caruban juga terbuka menerima dokter ahli mata yang ingin bekerja di rumah sakit milik Pemkab Madiun tersebut.

Farid menambahkan, penambahan dokter ahli mata menjadi penting mengingat jumlah warga Kabupaten Madiun yang mengalami gangguan mata semakin bertambah banyak.

Data terakhir, Dinkes Kabupaten Madiun mencatat gangguan penglihatan di Kabupaten Madiun masih cukup tinggi. Kasus katarak mencapai 7.924 orang, gangguan refraksi 17.234 orang, dan glaukoma 828 orang.

Sementara itu, skrining mata baru mencapai 44 persen dari jumlah penduduk di Kabupaten Madiun. Dengan demikian masih terdapat 418 ribuan warga yang belum mengetahui kondisi kesehatan matanya di Kabupaten Madiun.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/13/140106778/dokter-spesialis-mata-langka-di-madiun-antrean-operasi-katarak-sampai-6

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com