Salin Artikel

Setuju Jukir Resmi, Warga: Tukang Parkir Sering Maksa Minta Uang, Kalau Nggak Dikasih, Kita yang Takut

Setidaknya, ada 46 supermarket di Surabaya yang disegel menggunakan garis Satpol PP karena tidak menyediakan lahan dan jukir resmi.

Jukir resmi yang dimaksud, petugas parkir yang menggunakan rompi khusus berlogo perusahaan supermarket dan konsumen tidak perlu membayar retribusi.

Salah satu warga asal Kelurahan Tanjung Perak, Nabila Waladisnaini (23) mengaku setuju dengan kebijakan tersebut.

Pasalnya, dia pernah memiliki pengalaman tak mengenakkan dengan jukir liar.

“Karena dari pengalaman pribadi mereka (jukir liar) itu kalau kita datang parkir nggak ada, tapi waktu kita mau pulang baru disamperin,” kata Nabila, Rabu (11/6/2025).

Selain itu, konsumen yang pergi ke supermarket tidak selalu berbelanja.

Sesekali menarik uang di mesin ATM sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.

“Pengalaman pribadi juga, tukang parkir di minimarket kebanyakan memaksa, dan kalau nggak dikasih, kita yang takut,” bebernya.

Dia akan tetap memantau efektivitas kebijakan tersebut mengingat baru saja direalisasikan oleh Eri Cahyadi.

Namun, apabila masih ditemukan jukir liar, warga tidak segan-segan untuk kembali melapor.

“Dilaporkan ke Wali Kota, kalau masih belum bisa mending nggak usah dikasih upah,” ucapnya.

Hal yang senada juga dilontarkan oleh warga asal Kelurahan Pabean Cantikan, Aviona Partya (24).

Menurutnya, apabila ada jukir resmi, maka pengelolaannya di bawah langsung oleh pihak perusahaan supermarket.

“Lebih setuju lagi kalau tidak ada retribusi parkir seperti di Superindo gitu. Cuma kalo semisal tidak retribusi parkir, tetap harus menyediakan orang atau penjaga buat parkir, antisipasi dari jukir liar yang tiba-tiba masuk ke area tersebut,” bebernya.

Bagi Aviona, kebijakan ini cukup efektif ketimbang harus mewajibkan jukir memberikan karcis tiket resmi dari Dinas Perhubungan untuk menghindari penyalahgunaan.

“Kalau masih ada jukir liar lebih baik disanksi atau denda, tapi perlu ditelaah lagi. Terkadang jukir liar tidak tiba-tiba ada di lokasi tersebut, bisa saja sudah koordinasi dengan pemiliknya untuk jadi jukir lokasi,” tuturnya.

Salah satu warga perantau asal Lampung yang berkuliah di Surabaya, Fadhil Ramdhani (25) juga mengaku setuju agar konsumen dapat membedakan jukir resmi dan liar.

“Kalau menurutku sih, kalau begini bagus, jadi jukir yang tidak berseragam dan tidak resmi bisa langsung keliatan, jadi bisa langsung ditindaklanjuti,” ucapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/11/142458378/setuju-jukir-resmi-warga-tukang-parkir-sering-maksa-minta-uang-kalau-nggak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com