Dia pergi ke Madura bersama temannya untuk mencari pengobatan alternatif.
Pada Rabu (4/6/2025) lalu, keluarga terakhir menemui Kusnadi sebelum hilang tanpa kabar.
Keluarga kemudian melapor ke Polsek Balongbendo dan Radio Suara Surabaya.
Setelah ditemukan di daerah Madura dan Kusnadi bertemu dengan keluarga, dia mengaku bahwa dirinya tidak diculik. Melainkan mencari pengobatan alternatif.
“Saya tidak diculik, tidak hilang. Terus terang ini memang latar belakang yang utama saya mau cari obat, tambahan doa suwuk. Alhamdulillah tadi dibawakan air, minyak dan salep,” kata Kusnadi, Senin (9/6/2025).
Kusnadi ikut temannya asal Pamekasan untuk pergi menemui seorang kiai di salah satu pesantren demi mencari pengobatan alternatif atas penyakit yang dia derita.
Dia mengaku selama ini menderita kanker getah bening stadium 3 dan menjalani kemoterapi selama 17 kali. Sebelum kemo, dia merasa gatal.
Di sisi lain, dia juga merasa bosan merayakan lebaran Idul Adha karena tinggal sendirian di tempat usaha peternakan miliknya.
“Jadi rasanya bosan. Nah ini kan liburannya panjang banget, saya sudah nggak bisa tidur nahan gatalnya,” jelasnya.
Dia pun ikut ke Madura bukan dengan orang tak dikenal (OTK).
Melainkan temannya yang satu angkatan di organisasi kemahasiswaan.
Kusnadi juga membantah bahwa dia tidak pikun.
“Dalam kondisi pikun, linglung gitu ya ndak,” tegasnya.
Sementara ponselnya yang sulit dihubungi karena lupa membawa charger dan tertinggal di mobil teman yang mengantar.
Setelah mendapat pinjaman charger, Kusnadi kaget dengan ramainya pemberitaan dirinya dan segera meminta anaknya menjemput ke Madura.
“Tapi ya teman-teman media semua terima kasih. Tadi juga saya sudah klarifikasi dan saya mohon maaf sekali untuk seluruh masyarakat Indonesia,” pungkasnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/09/191302878/bantah-diculik-kusnadi-saya-bawa-air-minyak-dan-salep-obati-gatal-dampak-17