Salin Artikel

Warga Inisiatif Tutup Tambang Emas Ilegal di Desa Keboireng Tulungagung

Penutupan dilakukan sebagai respons terhadap keresahan warga atas kedatangan orang-orang dari luar daerah yang melakukan pengerukan di area sungai dan tebing.

Warga meyakini, aksi tersebut berpotensi merugikan warga dan merusak lingkungan.

Keresahan warga memuncak karena aktivitas penambangan ilegal tersebut menyebabkan sejumlah dampak negatif.

Selain merusak lingkungan, warga juga khawatir akan masalah keamanan. Banyaknya pendatang yang menginap di sekitar sungai --yang jumlahnya bisa mencapai ratusan orang-- memicu kekhawatiran akan potensi hilangnya barang berharga dan timbulnya tindak kriminalitas.

"Kami khawatir dengan keamanan. Nanti kalau ada barang yang hilang, siapa yang bertanggung jawab," kata Kepala Desa Keboireng Kecamatan Besuki Supirin melalui sambungan telepon, Sabtu (7/6/2025).

Inisiatif penutupan tambang ini sepenuhnya dilakukan oleh warga tanpa melibatkan aparat kepolisian atau pun TNI.

"Untuk sementara, saya mengawasi di lingkungan setempat. Jika warga sudah mengimbau, melarang, atau apa pun, tetapi ada orang yang melanggar, kami akan meminta bantuan kepolisian atau penegak perda," tegas Supirin.

Pemerintah desa mengaku tidak memiliki wewenang untuk menindak langsung pelaku pendulang diduga emas tersebut.

Namun, mereka akan berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk memberikan sanksi atau tindakan tegas.

Kerusakan lingkungan akibat pendulangan ilegal, memang belum terlalu parah. Namun, warga mengambil tindakan preventif untuk mencegah kerusakan yang lebih besar di masa mendatang.

Kerusakan pada tebing-tebing sungai, jika tidak segera ditangani, dapat berdampak buruk pada lingkungan dan kehidupan warga.

"Kami menjaga ke depannya. Kalau tidak segera ditangani, tebing-tebing itu akan rusak dan dampaknya ke warga kita, ke lingkungan."

"Mau tidak mau, warga bersama Pemerintah Desa sepakat untuk mengusir orang-orang pendatang dari jauh," sebut Supirin.

Sementara itu, tim gabungan yang terdiri dari Perhutani, aparat desa, Polres Tulungagung, Koramil, Kecamatan, dan Satpol PP pun melaksanakan patroli bersama untuk menanggulangi aktivitas pendulangan emas ilegal di Desa Keboireng.

Selama ini, penambangan berlangsung di aliran sungai yang berhulu dari petak 78-H, kawasan perlindungan sungai (KPS) seluas 1,7 hektar, yang mengalir menuju Desa Keboireng dan bermuara di Niyama, hingga ke Laut Selatan.

"Dalam patroli, tim gabungan memberikan imbauan dan tindakan preventif kepada para pendulang emas," ungkap Asper Perhutani Bandung Edi Purnomo.

Mereka diminta untuk meninggalkan lokasi dan tidak kembali lagi. "Imbauan kepada masyarakat adalah untuk kompak dalam menangani masalah ini demi keselamatan lingkungan dan menjaga keamanan bersama" sebut Edi Purnomo.

Setelah langkah penertiban dan pemasangan papan larangan di sekitar sungai sejak Rabu (4/6/2025) lalu, aliran sungai di Desa Keboireng terlihat sepi.

Tidak ada lagi aktivitas masyarakat yang mencari peruntungan dari butiran di aliran sungai. Kini, yang tersisa hanya bekas pengerukan yang ada di beberapa titik sungai. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/06/07/194208478/warga-inisiatif-tutup-tambang-emas-ilegal-di-desa-keboireng-tulungagung

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com