Mereka telah menetap di lokasi tersebut sejak awal tahun 2023.
Tanpa dinding yang melindungi, mereka harus menghadapi polusi udara dan suhu dingin yang menyentuh kulit.
Kain lusuh menjadi satu-satunya pelindung tubuh mereka.
Kehidupan yang keras ini membuat Zafa tidak memiliki mainan menarik, tawanya hanya terdengar ketika suara bising kereta api melintas di samping jembatan.
Yusuf mengaku hidup sebatang kara tidaklah mudah.
Ia rela makan hanya sekali dalam seminggu demi memastikan anaknya mendapatkan susu.
“Kadang saya dua hari nggak makan. Yang penting bisa belikan susu buat anak saya. Karena itu belum saya rasakan saat saya masih kecil,” ungkapnya.
Istrinya meninggal dunia dua bulan setelah melahirkan Zafa, dan Yusuf tidak mampu membayar sewa kos untuk tempat tinggal.
Akibatnya, ia memilih untuk hidup di kolong jembatan.
Kisahnya yang menyentuh hati ini menjadi viral di media sosial setelah dibagikan oleh seorang konten kreator dengan akun @najib_spbu di TikTok dan Instagram.
Bupati Sidoarjo, Subandi, menjelaskan bahwa Yusuf merupakan warga asal Kabupaten Mojokerto.
“Warga Mojokerto,” katanya saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (30/5/2025).
Menurut data yang terhimpun, Yusuf berasal dari Dusun Kepindon, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.
Menanggapi situasi ini, Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto berkoordinasi dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur untuk mengevakuasi Yusuf dan Zafa.
Setelah dievakuasi dan ditampung sementara di Liponsos Dinsos Sidoarjo pada Kamis (29/5/2025), keduanya kini telah dikembalikan ke daerah asal mereka.
Subandi memastikan bahwa kondisi kesehatan Yusuf dan Zafa dalam keadaan baik saat bertemu dengan keluarganya.
“Sehat sudah bawa keluarga kemarin ke Mojokerto,” ucapnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/30/170650778/kisah-pilu-ayah-dan-bayi-11-bulan-yang-tinggal-di-kolong-jembatan-sidoarjo