Hal tersebut, kata Raffi Ahmad, bertujuan agar pesantren, yang salah satunya sebagai pusat pembelajaran ilmu kehidupan bagi para santrinya, bisa semakin luas dikenal publik.
“Ada ilmu yang tidak kalah penting, yaitu ilmu kehidupan. Isinya adab, sopan santun, dan agama nomor satu. Ilmu kehidupan itu dipelajari di pesantren,” ujar Raffi Ahmad saat menjadi pembicara di kegiatan Muhalaqoh Gerakan Nasional Ayo Mondok yang berlangsung di Pesantren Al-Amin Ngasinan, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (28/5/2025).
Selain itu, Raffi Ahmad menyampaikan bahwa adaptasi terhadap perkembangan teknologi bagi kalangan pesantren dan santrinya merupakan keniscayaan.
Sebab, itu merupakan bagian dari era yang tengah berlangsung saat ini.
Apalagi, pola pendidikan yang berkesesuaian dengan zaman itu sendiri, menurutnya, merupakan salah satu tuntunan yang telah tergambar dalam sebuah hadis nabi.
“Apalagi kalau kita lihat, kita mendidik anak cucu kita sesuai jamannya. Nah, sekarang ini jamannya media sosial,” kata dia.
Suami Nagita Slavina itu menyampaikan, media sosial merupakan medium yang bisa dipakai untuk mengembangkan potensi-potensi positif yang dimiliki pesantren maupun para santrinya.
Transformasi itu bisa berjalan dengan baik. Ayah dari Rafatar ini membagikan tips, yaitu kuncinya adalah dengan melakukan kolaborasi.
“Kolaborasi itu penting. Bisa juga misalnya dengan menggandeng teman saya, Atta Halilintar atau Baim Wong. Atau misal nih, santri bikin konten ngaji dengan saya,” ujar Raffi dengan senyum lebarnya.
Oleh sebab itu, dia mengajak seluruh santri untuk melek teknologi.
Penguasaan teknologi bisa dipakai untuk mengaktualisasikan diri. Ketua Harian Gerakan Nasional Ayo Mondok KH Zahrul Azhar Asumta, atau kerap disapa Gus Hans, mengatakan, pihaknya berharap dengan adanya transformasi digital itu, kalangan pesantren bisa semakin melek teknologi sekaligus sebagai pemain teknologi itu sendiri.
“Jadi agar ada transfer knowledge di pesantren dan bagi santri,” ujarnya.
Adapun kegiatan Muhalaqoh yang kependekan dari muhasabah dan halaqoh itu diikuti oleh ratusan putra maupun putri pemilik pondok pesantren.
Anak pemilik pondok, atau istilahnya Gus dan Ning, itu berasal dari sejumlah pesantren di Jawa Timur.
Selain materi transformasi digital, juga terdapat sejumlah materi lainnya yang bertujuan untuk penguatan pesantren.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/28/172822078/raffi-ahmad-dorong-pesantren-melek-digital