Aktivitas pemakaman yang diduga telah berlangsung lebih dari dua tahun ini dikeluhkan karena tidak adanya pemberitahuan resmi, serta potensi pencemaran lingkungan dan dampak sosial di tengah permukiman padat penduduk.
Slamet, pemilik panti asuhan yang berdekatan dengan area pemakaman hewan tersebut, mengungkapkan bahwa aktivitas penguburan telah berlangsung lebih dari dua tahun.
"Dulu hanya beberapa hewan saja, anjing dan kucing. Saya tidak tahu siapa pemiliknya, tapi setiap aktivitas penguburan sering menggunakan kendaraan yang menyerupai ambulans," ujarnya pada Selasa, 27 Mei 2025.
Slamet menambahkan bahwa ia tidak pernah menerima pemberitahuan dari pihak pengelola.
Ia menilai keberadaan kuburan hewan dalam jumlah besar ini kurang elok dan nyaman, terutama karena lokasinya yang dekat dengan panti asuhan yang sering menerima donatur.
"Sering ada donatur ke panti kami datang menanyakan karena dikira makam apa. Ya tentu ini mengganggu lingkungan sini."
"Harapannya, kalau memang ada izin pemerintah ya tidak apa-apa, tapi kalau tidak ada izinnya, jangan dilanjutkan," kata Slamet.
Ketua Paguyuban Warga Joyo Agung II, Faizal, juga menyampaikan bahwa sekitar empat tahun lalu hanya ada tiga kuburan hewan dengan nisan besar yang menyerupai makam manusia di lokasi tersebut.
"Namun, dalam dua tahun terakhir jumlahnya terus bertambah hingga mencapai lebih dari 130-an kuburan," ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa tidak pernah ada komunikasi atau izin yang diajukan kepada warga maupun perangkat RT dan RW terkait keberadaan kuburan hewan tersebut.
"Kami tanya ke Pak RT dan Pak RW juga tidak tahu. Masalah perizinan tidak pernah ada," tambahnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun warga, lahan tersebut disewakan cucu pemilik tanah kepada pihak yang diduga merupakan pengelola sebuah rumah sakit hewan di daerah Tidar, Malang, yang disebut-sebut sebagai dosen salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Malang.
Faizal juga memaparkan berbagai dampak negatif yang dirasakan warga.
"Pernah tercium bau tidak sedap, terutama saat hujan. Air genangan dari area kuburan juga merembes ke tempat wudhu masjid yang posisinya lebih rendah. Lalat juga sempat banyak," tuturnya.
Selain itu, anak-anak panti asuhan pernah ditegur saat bermain di sekitar area makam yang tidak dipagari.
Menurut Faizal, aktivitas ini bersifat komersial dan tidak sesuai dengan peruntukan lahan di tengah permukiman.
"Saat ini aktivitasnya sudah dihentikan atau tidak ada aktivitas menguburkan hewan di sana. Menurut warga sini, alangkah baiknya cari tempat lain yang lebih sesuai. Ini kan permukiman, di belakangnya ada masjid dan perumahan juga," ungkapnya.
Faizal juga menyampaikan bahwa pihak Lurah Tlogomas telah meninjau lokasi setelah adanya keluhan warga.
Hingga kini, sesuai kesepakatan bersama sejak awal Mei 2025, aktivitas pemakaman telah dihentikan sementara, menunggu keputusan lebih lanjut.
Lurah Tlogomas, Arwanto, saat dikonfirmasi, membenarkan telah menghubungi pihak yang bertanggung jawab atas aktivitas pemakaman hewan tersebut.
Ia mengaku belum mengetahui secara pasti identitas pemilik atau pengelola, hanya berkomunikasi via telepon dengan seorang dokter hewan.
"Yang bersangkutan sudah saya hubungi, dan kegiatan sudah dihentikan untuk sementara waktu. Ini penting untuk tidak menimbulkan keresahan lebih lanjut," ujar Arwanto.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan segera mempertemukan perwakilan warga dengan pihak pengelola untuk mediasi.
"Saya tidak bisa men-judge harus bagaimana. Yang penting sementara dihentikan dulu. Lahan tersebut statusnya sewa," ujarnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/27/135716678/ratusan-kuburan-hewan-bernisan-di-kota-malang-resahkan-warga-diduga-tak