PASURUAN, KOMPAS.com - Sejak dua pekan terakhir, rumah Satumi (94), warga Desa Tejowangi, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur nampak lebih ramai.
Meski sudah lanjut usia, calon jamaah haji tertua di Pasuruan ini masih sehat tanpa kacamata dan dikenal menyukai makanan kukusan sebagai gaya hidup sehat.
Tenda mulai berdiri di depan rumahya, sementara sebagian sanak saudaranya tampak lalu lalang karena hendak melaksanakan hajatan persiapan pemberangkatan jamaah haji.
Dari catatan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasuruan, Satumi merupakan calon jamaah haji tertua di Kabupaten Pasuruan Tahun 2025.
Kerut pipi dahi tampak jelas di raut muka. Namun sorot matanya masih tajam dan masih dapat melihat dengan jelas. Satumi tidak memakai kacamata meski sudah di usia senja.
Tahun ini, Satumi berangkat haji bersama anaknya Sarman untuk menemani selama rangkaian ibadah haji.
Nenek yang mempunyai 7 anak serta 22 cucu itu mendaftar haji Tahun 2018 atau menunggu selama 7 tahun untuk berangkat haji.
Ia sangat bahagia dapat berangkat lebih cepat dari perkiraan karena tercatat sebagai jamaah haji lansia yang dapat digabung dengan mahromnya, yakni anaknya sendiri, Sarman.
"Saya seneng mas karena bisa berangkat haji," kata Satumi sambil mengusap air matanya, Kamis (16/05/2025).
Bahkan ia juga merasa mendapat kehormatan dapat berjumpa dan berjabat tangan dengan Bupati Pasuruan, Rusdi Sutejo saat manasik haji beberapa hari lalu. Karena saat manasik ia disebutkan jamaah haji tertua di Kabupaten Pasuruan.
"Saya sampai nangis, ketemu bupati," ujarnya.
Sarman, salah satu putranya yang turut mendampingi Satumi saat berangkat haji menjelaskan kondisi ibunya memang sempat melemah. Namun menjelang tanggal pemberangkatan kini berangsur lebih sehat.
"Mungkin mendekati pemberangkatan, ibu seperti sehat. Karena banyak saudara yang datang memberi support," kata Sarman.
Sehat di usia 94 tahun
Sarman menjelaskan usia ibunya yang mencapai 94 tahun itu tidak terlepas dari aktivitas dan pola makan.
Sebelumnya, ibunya merupakan pedagang di pasar di wilayah setempat.
Sedangkan untuk makanan, ibunya selalu menghindari makanan yang mengandung minyak, seperti gorengan atau makanan yang berlemak tinggi.
"Ibu itu senang makanan wong ndeso, tidak suka makanan yang gurih mengandung minyak. Lebih suka makanan yang dikukus," jelasnya.
Satumi dan Sarman tergabung embarkasi Surabaya di Kloter 89 dengan jadwal keberangkatan tanggal 28 Mei 2025 mendatang.
Nantinya juga bergabung dengan jamaah asal Kabupaten Pasuruan 1.412. Sarman berencana selama rangkaian ibadah haji ia akan mengikutkan ibunya pada program Murur dan Tanazul.
Tidak bermalam di Muazdalifah melainkan berdiam dalam bus selama mabit di Muazdalifah. Selain itu, juga tidak menginap di tenda mina melainkan menginap di hotel.
"Karena sesuai arahan dari Kemenag untuk lansia akan ikut program Murur dan Tanazul. Semoga sehat selama menjalani rangkaian haji nanti," harapnya.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/17/103333778/kisah-satumi-nenek-94-tahun-calon-haji-tertua-di-pasuruan-yang-masih-bugar