Salin Artikel

Cerita Mulyana, Sopir Bus AKAP Dipalak Preman, Pintu Digedor-gedor sampai Diancam Digembosi

Di tengah hiruk-pikuk tersebut, terlihat pria paruh baya berseragam Perusahaan Otobus (PO) Tentrem dan bertopi duduk di bawah bayangan pohon, menunggu jadwal keberangkatan.

Ia adalah Mulyana (50), sopir bus antarkota antar provinsi (AKAP) yang sudah melanglang buana selama sekitar lima tahun.

Laki-laki asal Madiun, Jawa Timur itu tengah menunggu penumpang untuk diberangkatkan ke Malang, pada Rabu (14/5/2025) sore, sekitar pukul 15.30 WIB.

“Setengah jam lagi saya berangkatkan penumpang ke Malang, setelah itu stay di sana dulu. Nanti sekitar jam 19.00 WIB balik ke Madiun,” kata Mulyana, saat ditemui Kompas.com di Terminal Purabaya, Sidoarjo pada Rabu.

Sebelum membawa bus besar berkapasitas 40-50 penumpang, dia pernah mengemudikan truk muatan kelapa sawit di Malaysia, mulai dari tahun 2000 hingga 2020.

“Dulunya saya sopir truk angkutan kelapa sawit untuk ekspedisi di Malaysia. Terus tahun 2020 kontrak saya habis, waktu itu juga lagi tinggi Covid-19, akhirnya saya memutuskan balik ke Indonesia biar bisa ketemu keluarga lagi,” katanya. 

Kemudian, Mulyana mulai bekerja sebagai sopir bus wisata Surabaya-Bali sampai tahun 2023.

Namun, pendapatannya kian sepi karena terdampak peraturan pemerintah yang melarang sekolah dan instansi untuk tour.

Akhirnya, ia beralih ke bus penumpang rute Surabaya-Malang-Blitar.

“Setelah saya pindah PO, ya lumayan lah pendapatannya, terutama kalau di musim liburan panjang kayak kemarin ini,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu tantangan yang paling sering dia hadapi yaitu pencopet.

Setidaknya, dalam sebulan ada satu sampai dua kasus yang dihadapinya. 

Ia mengatakan, ponsel dan dompet menjadi barang yang paling sering dijadikan target pencopet.

“Penumpang pun biasanya juga enggak sadar. Setelah penumpang turun, lalu korban lapor ke pihak PO, terus dicek CCTV bus, setelah itu ketahuan kalau dicopet,” ujarnya. 

Sementara itu, tidak ada ciri khusus untuk mengenali pencopet karena biasanya mereka berlagak layaknya penumpang biasa.

“Biasanya sewaktu korban itu tidur atau lengah, pencopet itu mulai beraksi. Makanya harus selalu diperhatikan barang-barang yang dibawa,” tuturnya.

Selain itu, Mulyana harus menghadapi preman jalanan yang berusaha memalak, bahkan mengancam menggembosi bannya.

“Waktu itu memang ada pengalihan arus ke jalan alternatif yang mana saya kurang familiar sama daerah situ. Sewaktu di dekat lampu merah, tiba-tiba ada datang segerombolan seperti anak-anak punk, premanlah mereka minta uang. Sampai gedor-gedor pintu, tapi enggak saya bukakan, bamper depan dipukul-pukul, bahkan mereka teriak mengancam ban busnya bakal digembosi kalau enggak dikasih (uang),” tutur Mulyana.

Namun, Mulyana berusaha setenang mungkin untuk mencari solusi agar tidak membuat penumpang panik.

Dia beberapa kali membunyikan bel hingga datang dua orang satpol PP yang sedang berjaga dan beberapa pengendara yang melintas untuk membubarkan para preman.

“Begitu mereka lihat ada orang berseragam, langsung bubar. Sebenarnya saya sempat deg-degan juga takut nantinya mengganggu kenyamanan keselamatan penumpang,” ucapnya.

Meskipun begitu, peristiwa tersebut tidak menghalanginya untuk tetap menjalani pekerjaan sebagai sopir bus.

Tiap harinya, Mulyana menyiapkan bus saat subuh dan mulai berkendara pada pukul 05.00 WIB.

Malang-melintang ratusan kilometer menyusuri jalanan menjadi pilihan satu-satunya yang dapat dia lakukan untuk mengais rezeki demi keluarga.

“Saya juga sudah enggak muda lagi, saya masih bisa kerja saja Alhamdulillah banget, disyukuri saja sih,” kata Mulyana. 

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/15/172120778/cerita-mulyana-sopir-bus-akap-dipalak-preman-pintu-digedor-gedor-sampai

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com