Salin Artikel

Polisi di Lumajang Seberangkan Siswa Pulang Sekolah Lewati Aliran Lahar Hujan Semeru

LUMAJANG, KOMPAS.com - Petugas kepolisian dari Polsek Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, harus berjibaku mengarungi derasnya aliran Sungai Regoyo untuk mengantarkan anak-anak pulang sekolah.

Hal ini dilakukan menyusul terjangan banjir lahar hujan pada Selasa (13/5/2025) sore.

Aliran Sungai Regoyo di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, dipenuhi material batu dan pasir.

Material vulkanik Gunung Semeru yang terbawa banjir ini menumpuk di atas jembatan limpas yang menghubungkan Dusun Sumberkajar dan Dusun Sumberlangsep.

Belum sampai material itu dibersihkan seluruhnya dari badan jembatan, banjir lahar hujan Gunung Semeru kembali menerjang pada Rabu (14/5/2025).

Akibatnya, warga Dusun Sumberlangsep terpaksa harus menyeberangi aliran Sungai Regoyo yang arusnya masih cukup deras agar bisa beraktivitas di luar dusun, termasuk anak-anak yang harus pergi dan pulang sekolah di seberang sungai.

Warga dan aparat pun bergotong royong membersihkan material batu dan pasir yang menumpuk di atas jembatan limpas.

Sekitar pukul 11.00 WIB, tampak anak-anak dari SDN Jugosari 3 berjalan hendak pulang dan menyeberangi sungai.

Polisi dan warga yang saat itu tengah membersihkan material pun berhenti sejenak dan menghampiri anak-anak ini.

Ada yang digendong, ada juga yang dituntun mengarungi derasnya arus sungai.

Kapolsek Candipuro AKP Lugito mengatakan, setidaknya selalu ada dua personel kepolisian yang berjaga di bibir Sungai Regoyo saat jam anak berangkat sekolah maupun pulang sekolah.

Hal ini rutin dilakukan setiap kali aliran Sungai Regoyo diterjang banjir lahar hujan Gunung Semeru.

"Kami membantu adik-adik sekolah dan warga yang hendak menyeberang sungai, karena jembatan limpas tertutupi material pasir," kata Lugito di Sungai Regoyo, Kamis (15/5/2025).

"Kami siagakan dua anggota setiap pagi dan siang untuk membantu warga dan adik-adik sekolah menyeberang," lanjutnya.

Lugito menjelaskan, jembatan limpas jadi satu-satunya akses warga Sumberlangsep untuk keluar dari dusunnya.

Jembatan limpas sendiri memiliki konstruksi bangunan seperti dam yang di bawahnya terdapat rongga untuk jalannya air, sedangkan bagian atas digunakan warga untuk jalan penyebrangan.

Namun, saat ini rongga-rongga itu sudah tertutupi dengan material pasir dan batu.

Sehingga, saat banjir lahar menerjang, air dan material vulkanik yang dibawa akan lewat atas jembatan dan menutup badan jembatan.

"Materialnya naik ke atas jembatan karena di bawah sudah tertutupi material, jadi tidak bisa dilewati," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/15/165450878/polisi-di-lumajang-seberangkan-siswa-pulang-sekolah-lewati-aliran-lahar

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com