Salin Artikel

Senior yang Lakukan Kekerasan ke Junior di SMA Taruna Nala Dinilai Layak Dikeluarkan

Sementara itu, pihak korban meminta agar keduanya menerima hukuman.

Ayah korban, Yohanes Bambang Latrianto Istirom mengatakan, SMA Taruna Nala Malang sudah memiliki aturan mengenai siswa yang melakukan kekerasan, selama berada di lingkungan sekolah.

"Sekolah sudah memberikan semacam pakta integritas, baik kepada anak maupun orangtuanya. Terjadi pemukulan langsung dikeluarkan," kata Yohanes, saat dikonfirmasi, Rabu (14/5/2025).

Dengan demikian, kedua pelaku yang masih berada di kelas XI ketika melakukan tindak kepada korban pada Minggu, (16/6/2024) itu langsung diminta untuk mengundurkan diri dari sekolah.

"Memang kedua orang pelaku (dugaan kekerasan) ini sudah dikeluarkan, dan itu sudah tercantum di dalam bahasa kami ini adalah perduptar atau peraturan kehidupan taruna," ujarnya.

"Itu perduptar sudah diperbarui, dan dalam pakta itu (pelaku) memang sudah melanggar, dan dalam poin yang sangat jelas. Makanya pelaku sudah layak untuk dikeluarkan," ujarnya. 

Lebih lanjut, kata Yohanes, kedua pelaku sudah mendapatkan surat peringatan (SP) dari pihak sekolah. 

"Pelaku pertama sudah dapat SP3 dengan konteks yang sama (kekerasan), sudah layak sekali Untuk dikeluarkan. Pelaku yang kedua sudah dapat SP2 tidak terlalu jelas (alasannya)," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Yohanes mengungkapkan, awalnya pelaku yang merupakan siswa kelas XI terpeleset lantai yang baru saja di pel, ketika berada di kamar anaknya.

"Mungkin waktu itu anak saya posisinya berdekatan dengan pelaku. Pelaku menduh anak saya menjegal kakinya dan langsung dipukul," kata Yohanes, saat dikonfirmasi, Rabu (14/5/2025).

Kemudian, pelaku meminta korban menemuinya di kamarnya, beberapa jam setelah terpeleset.

Namun, AT memutuskan untuk tidak mendatangi dan memilih meminta saran kakak asuhnya.

Akan tetapi, kata Yohanes, senior yang lainnya, secara tiba-tiba masuk ke kamar kakak asuh korban. Akhirnya, anaknya kembali mengalami kekerasan di sekolah tersebut.

"(Kekerasan pertama) anak saya hanya memar di bagian tubuhnya. Saat pemukulan yang kedua oleh rekanan (seangkatan) senior pelaku pertama, itu bagian mata anak saya robek," ujarnya.

Lebih lanjut, Yohanes menerima kabar, kekerasan yang dialami anaknya tersebut dari wali murid lain di grup WhatsApp. Sebab, korban dalam kondisi sudah dilarikan ke rumah sakit.

Selanjutnya, Yohanes memutuskan untuk langsung menjemput anaknya. Lalu, dia melaporkan dugaan tindakan kekerasan itu ke Mapolresta Malang Kota, Senin (17/5/2025), keesokannya.

Diketahui, peristiwa dugaan kekerasan yang menimpa AT di sekolahnya tersebut, terdaftar dalam Laporan Nomor: LP/B/420/VI/2024/SPKT/POLRESTA MALANG KOTA/POLDA JAWA TIMUR.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/14/172356678/senior-yang-lakukan-kekerasan-ke-junior-di-sma-taruna-nala-dinilai-layak

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com