Diduga, jembatan tersebut ambles karena tergerus aliran sungai saat hujan lebat di kawasan perbukitan Nongkojajar.
Ambrolnya jembatan tersebut memaksa warga sekitar harus memutar 2 kilometer lebih jauh.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sugeng Hariyadi menyampaikan, amblesnya jembatan sepanjang 12 meter dan lebar 5 meter itu terjadi pada Senin malam (12/5/2025).
Aliran sungai di bawah jembatan sangat deras setelah hujan mengguyur di kawasan pegunungan Nongkojajar dan Tutur.
"Warga melaporkan sebelum ambles, aliran sungai sangat deras sejak siang hingga malam. Usai ambrol, warga langsung memasang penanda ditutup sementara," ujar Sugeng, Selasa (13/05/2025).
Adapun upaya yang dilakukan pihaknya bersama warga yakni membuat jembatan darurat berbahan kayu bambu.
Putusnya jembatan tersebut membuat aktivitas terganggu. Sebab, jembatan tersebut merupakan jalur penghubung antar-desa.
"Jika ke selatan, itu menghubungkan Desa Puntir dan Desa Martopuro. Ke utara, ke Desa Pakijangan. Saat ini, bersama warga, sedang membuat jembatan sementara dari bambu," katanya.
Dengan pembuatan jembatan sementara tersebut, nantinya hanya diperbolehkan pejalan kaki dan sepeda angin yang melintas.
Akan diutamakan mereka yang ke sekolah, aktivitas kegiatan sosial warga, dan para petani.
"Ya, harapan kami segera ada jembatan yang permanen agar kami tidak memutar lebih jauh kalau mau ke pasar atau ke desa sebelah," ujar Mamat, salah satu warga setempat.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/13/161617578/jembatan-di-pasuruan-ambles-warga-harus-memutar-2-km