Kesempatan ini menjadi momen yang sangat berarti bagi Muayatur, meskipun ia harus menghadapi keterbatasan fisik pada kedua kakinya.
"Alhamdulillah atas segala limpahan karunia dari Allah, telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berhaji di Tanah Suci," ungkap Muayatur saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) pada Senin (12/5/2025).
Dalam kesehariannya, Muayatur bekerja sebagai tukang jahit di rumahnya yang terletak di Kecamatan Mumbulsari, Jember.
Pendapatan yang diperoleh dari pekerjaannya tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk biaya haji.
“Punya uang Rp 50.000, Rp 100.000 atau berap apun itu, saya tabung sedikit demi sedikit, dengan niat dapat mendaftar haji,” katanya lagi.
Tidak ingin merepotkan orang lain
Selain bekerja sebagai tukang, Muayatur juga memiliki sepetak sawah yang disewakan kepada orang lain.
Uang yang diperoleh dari penyewaan sawah tersebut turut membantu mengumpulkan dana untuk mendaftar haji pada 2012.
"Pendapatan dari menjahit itu enggak tentu. Tapi Alhamdulillah masih ada sebidang sawah, yang meskipun ukurannya tidak terlalu luas tetapi sangat membantu saya,” jelasnya.
Muayatur juga menceritakan bahwa suaminya telah tiada.
Saat ini, ia merawat keponakannya yang telah beranjak dewasa dan berumah tangga.
“Terus suami saya sudah enggak ada, kebetulan juga saya ada keponakan yang sudah saya rawat mulai kecil, hingga sekarang sudah berumah tangga," tambahnya.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, Muayatur mengungkapkan bahwa ia tidak ingin merepotkan orang lain.
Ia berusaha keras untuk mengumpulkan uang demi mewujudkan impiannya berangkat haji.
"Saya masih punya semangat walaupun kondisi saya seperti ini, saya tidak ingin merepotkan sepupu saya yang menemani selama ini. Semua saya niatkan untuk ibadah kepada Allah," tutupnya.
Kesempatan Muayatur untuk menunaikan ibadah haji menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/12/204307578/kisah-nenek-muayatur-disabilitas-77-tahun-yang-tak-pernah-menyerah-demi