Salin Artikel

Arema Buka Opsi Tidak Lagi Bermain di Kanjuruhan Usai Insiden Pelemparan Bus Persik Kediri

Kejadian ini memicu Arema FC untuk mempertimbangkan kembali penyelenggaraan pertandingan di stadion tersebut.

General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi, menyatakan kekecewaannya terhadap beberapa pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pertandingan perdana tersebut, terutama terkait insiden pelemparan batu.

"Tiga tahun kami berusaha mempertahankan eksistensi klub. Bersungguh-sungguh untuk kembali ke rumah sendiri. Sementara itu banyak pihak tiada henti mencaci maki klub. Klub berusaha bertahan dan tabah menghadapi, meski di satu sisi klub juga mengalami masa sulit dengan keterbatasan dana, karena tidak ada pemasukan lantaran harus terusir. Rasanya hanya sisa tenaga, semangat dan niat tulus mempertahankan klub ini," ungkapnya dalam keterangan resmi.

Yusrinal juga menyayangkan sikap suporter yang seharusnya memberikan dukungan saat Arema FC kembali ke kandang, namun justru menuntut kesempurnaan yang berlebihan.

"Kami mengingatkan suporter itu pendukung. Tiga tahun mereka tidak dapat memberi dukungan ke Arema FC. Namun, ketika Arema FC pulang ke kandang, hasilnya seakan-akan kita tidak dihormati di sini," katanya.

Lebih lanjut, Yusrinal menegaskan bahwa manajemen Arema FC sering kali menjadi sasaran kritik atas berbagai permasalahan, termasuk insiden pelemparan bus tim tamu.

"Manajemen selalu jadi bahan cercaan, seolah pelaku utamanya pelemparan bus, entah itu oknum atau seseorang atau kelompok yang merasa bahwa perilakunya tidak salah. Sekali lagi kejadiannya terjadi di area zona 4, diluar kawasan stadion dan jauh dari kewenangan Panpel. Semestinya bisa diantisipasi,” tuturnya.

Yusrinal menyerukan agar semua pihak melakukan introspeksi diri dan berkomitmen untuk memperbaiki situasi.

Sebelumnya, bus yang membawa rombongan pemain Persik Kediri dilempari batu oleh oknum suporter saat keluar dari Stadion Kanjuruhan setelah laga Arema FC kontra Persik Kediri.

Akibatnya, kaca samping bus pecah dan berlubang.

Manajer Tim Persik Kediri, Moch Syahid, juga mengungkapkan kekecewaannya atas peristiwa tersebut, yang terjadi di tengah upaya perbaikan citra sepak bola nasional.

"Kami menyayangkan kejadian ini di saat industri sepak bola tengah berbenah," ujarnya.

Dua anggota rombongan, termasuk pelatih dan asisten pelatih, mengalami luka ringan akibat serpihan kaca.

"Ada dua orang yang terluka akibat kejadian ini. Yakni pelatih dan asisten pelatih. Luka ringan di bagian kepala," bebernya.

Syahid menjelaskan bahwa insiden pelemparan batu terjadi setelah bus keluar dari gerbang Stadion Kanjuruhan.

"Sebelum bus keluar dari area Stadion Kanjuruhan, situasinya cukup kondusif dan tertib. Namun, setelah keluar gerbang, semua rombongan kaget saat tiba-tiba ada beberapa lemparan batu mengenai jendela kaca bus dari sebelah kiri," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/12/171249978/arema-buka-opsi-tidak-lagi-bermain-di-kanjuruhan-usai-insiden-pelemparan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com