Acara ini bertujuan memohon kelancaran selama musim giling serta sebagai ungkapan syukur atas hasil panen, sekaligus simbol kerja sama antara pihak pabrik dan petani tebu.
General Manager Pabrik Gula Modjopanggoong, Sugiyanto, menjelaskan, "Seperti tahun sebelumnya, kita rutin melakukan prosesi tradisi boneka manten tebu."
Tradisi ini melibatkan sepasang boneka yang terbuat dari tepung beras kukus, yang dirias menyerupai pengantin.
Sugiyanto menambahkan, "Sejauh ini, tradisi di Pabrik Gula Modjopanggoong Tulungagung ini yang paling sakral."
Kegiatan dimulai pada pagi hari dengan kirab boneka pengantin dari kawasan permukiman menuju pabrik.
Kirab tersebut diiringi puluhan pengiring lengkap dengan aneka seserahan dan sesaji, serta sejumlah batang tebu.
Setibanya di pintu gerbang utama, pejabat pabrik secara estafet membawa boneka pengantin ke ruang produksi.
Di sana, kedua boneka dimasukkan ke dalam conveyor dan digiling bersama seserahan.
Sugiyanto menjelaskan bahwa tradisi manten tebu telah dilaksanakan secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu.
"Tradisi ini sudah dilaksanakan turun temurun sejak pendahulu," ujarnya.
Ia menekankan bahwa tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa pada masa musim giling, serta simbol sinergisitas yang baik antara pabrik dan petani tebu.
Pada musim giling tahun ini, Pabrik Gula Modjopanggoong menargetkan untuk menggiling tebu sebanyak 381.847 ton dengan rendeman sebesar 7,83 persen, yang diperkirakan akan menghasilkan gula sekitar 29.980 ton.
"Kemungkinan, PG Modjopanggoong akan menghasilkan gula sekitar 29.980 ton," tutup Sugiyanto.
Tradisi "Manten Tebu" ini tidak hanya menjadi ritual penting bagi pabrik, tetapi juga mencerminkan hubungan harmonis antara petani dan pihak pabrik gula di Tulungagung.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/09/172453478/melihat-tradisi-manten-tebu-di-pabrik-gula-tulungagung-tanda-mulai-musim