Salin Artikel

Kemendag: Tidak Semua Perusahaan Bisa Impor Sianida

SURABAYA, KOMPAS.com - Tidak semua perusahaan di Indonesia dapat melakukan impor bahan berbahaya (B2) jenis sianida secara bebas dan resmi.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Tertib Niaga Ditjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan RI, Mario Josko, di Surabaya pada Kamis (8/5/2025).

Mario mengatakan, B2 jenis sianida merupakan produk yang sangat berbahaya dan rentan disalahgunakan. Oleh sebab itu, pendistribusiannya diatur dalam Permendag Nomor 25 Tahun 2024.

Sehingga, tidak semua perusahaan dapat melakukan pendistribusian dan perdagangan sianida.

Di Indonesia sendiri, hanya dua perusahaan BUMN yang mendapat izin resmi.

“Kalaupun diperjualbelikan, hanya dapat diimpor oleh pendaftar, dalam hal ini BUMN yaitu PT. PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) dan PT. Sarinah,” kata Mario, Kamis (8/5/2025).

Selain itu, yang dapat melakukan pendistribusian sianida di Indonesia adalah pihak yang telah ditunjuk secara legal oleh importir (PT. PPI dan PT. Sarinah).

“Dan untuk importir produsen memang tidak dapat mendatangkan dan hanya dapat memakai untuk pekerjaan sendiri,” tegasnya.

Selain itu, dalam PP Nomor 5 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan perizinan perusahaan, hanya perusahaan yang memiliki izin B2 basis risiko 3 dapat mendaftar sebagai distributor.

“Perizinan perusahaan sesuai dengan bidangnya masing-masing,” tegasnya.

Selaras dengan Mario, Direktur Tipidter Bareskrim Polri, Brigjen Pol Nunung Syaifuddin, juga mengatakan bahwa sianida adalah salah satu jenis bahan berbahaya yang untuk proses impornya ke wilayah negara Indonesia maupun pendistribusiannya sangat diawasi dengan ketat oleh pemerintah.

“Penyalahgunaan distribusi, penjualan, dan penggunaan sianida yang tidak dilengkapi dengan perizinan usaha serta tanpa mekanisme sesuai peraturan perundang-undangan akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan hidup,” kata Nunung.

Diketahui, Bareskrim Polri bersama Polda Jawa Timur baru saja mengungkap kasus terbesar tindak pidana perdagangan bahan kimia berbahaya sianida di Surabaya dan Pasuruan.

Sebanyak 494,4 ton sianida yang dibungkus 9.888 drum berhasil diimpor oleh tersangka Direktur PT.

Sumber Hidup Chemindo, Steven Sinugroho (SE), dari China dan Korea untuk dijual ke penambang emas ilegal di Indonesia.

Tersangka SE melakukan impor sianida dari China menggunakan dokumen perizinan perusahaan pertambangan emas yang tidak berproduksi, PT. Satria Pratama Mandiri (PT. SPM).

Dalam sekali kirim, tersangka mampu mengirim 100 hingga 200 drum berisi sianida, di mana satu drumnya dihargai Rp6 juta.

Total, tersangka berhasil melakukan pengiriman sebanyak 7 kali.

“Ada 9.888 drum dengan asumsi harga di lapangan kita minimalkan Rp6 juta saja. Hingga jumlah keuntungan yang diperoleh lebih dari Rp 59.328.000.000,” pungkas Nunung.

Atas perbuatannya, tersangka SE disangkakan Pasal 24 ayat (1) Jo Pasal 106 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan, dengan ancaman pidana yang dikenakan adalah pidana penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak Rp10 miliar.

Juga Pasal 8 ayat (1) huruf a, e, dan f Jo Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dengan ancaman pidana yang dikenakan adalah pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp2 miliar.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/08/190644478/kemendag-tidak-semua-perusahaan-bisa-impor-sianida

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com