Menteri Hanif mengungkap, rencana tersebut akan dituangkan dalam berbagai program.
"Kita masih punya beberapa binatang yang ada di luar negeri yang hingga hari ini kita belum memiliki kemampuan untuk menarik (melalui) sharing dari aset yang mereka kelola dari kita," kata Menteri Hanif ketika berkunjung ke KBS, Rabu (7/5/2025).
Di antara hewan tersebut adalah komodo, orangutan, harimau sumatera, hingga gajah sumatera.
"Ini ada di luar negeri, telah berkembangbiak dan menghasilkan keuntungan bagi pengelolanya," katanya.
Mengutip sejumlah sumber, masing-masing satwa terdata berada di berbagai kebun binatang di luar negeri.
Di antaranya, komodo di Amerika Serikat, Orangutan di Amerika Serikat, Irlandia, dan Inggris, harimau sumatera di Amerika Serikat, hingga Gajah Sumatera di Jepang.
Pemerintah tak akan berdiam diri. Saat ini, Kementerian tengah menyusun roadmap untuk memulangkan masing-masing satwa ke tanah air.
Satu di antara peluangnya dengan menerapkan Protokol Nagoya.
Yakni, perjanjian internasional di bawah Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) yang bertujuan untuk memastikan akses yang adil dan setara terhadap sumber daya genetik dan berbagi manfaat yang dihasilkan dari penggunaannya.
Diadopsi pada 29 Oktober 2010 di Nagoya, Jepang dan mulai berlaku pada 12 Oktober 2014, Protokol Nagoya memuat prinsip "Akses dan Pembagian Manfaat" (Access and Benefit-Sharing/ABS).
Ini yang memberikan kewenangan kepada negara-negara pemilik sumber daya genetik memiliki hak untuk mengontrol akses terhadap sumber daya tersebut.
Serta, berhak atas manfaat yang dihasilkan dari pemanfaatannya, seperti hasil penelitian, keuntungan finansial, atau transfer teknologi.
"Kita wajib menerapkan Protokol Nagoya ini untuk pelestarian kehidupan satwa kita. Ini yang sedang kita susun," kata pria yang juga Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup ini.
Kementerian LH juga memiliki pekerja rumah terhadap perlindungan satwa terancam punah. Apalagi, secara fisik satwa tersebut berada di luar taman nasional.
"Misalnya, pesut mahakam. Pesut ini kan memiliki karakteristik kembali ke sungai. Sayangnya, sungai ini telah dipenuhi batubara. Karenanya, pesut ini sekarang diindikasikan berada di bawah 50 ekor," ungkapnya.
"Juga, badak mahakam hulu. Di dunia menyisakan 2 ekor. Satu sudah kita amankan, satunya sedang berada di luar hutan taman nasional sehingga tingkat bahayanya tinggi," lanjutnya
Perlindungan terhadap satwa tak hanya dilakukan melalui Yaman nasional, namun juga melalui penangkaran (konservasi ex-situ).
"Kami akan terus melakukan kontrol kebun binatang di seluruh Indonesia sehingga tidak hanya pengelolanya yang sejahtera, namun juga hewannya. Para satwa tidak boleh hanya dimanfaatkan, namun juga harus diperhatikan kesejahteraannya," katanya.
Pada kunjungan tersebut, Menteri Hanif menyempatkan untuk berkeliling ke sejumlah kandang satwa.
Berdasarkan evaluasinya, KBS menjadi salah satu kebun binatang di Indonesia yang berhasil melakukan konservasi.
"Kami melihat secara sekilas pengelolaan satwa yang sudah ada di sini (Kebun Binatang Surabaya) secara umum dalam keadaan sehat dan baik-baik saja," katanya.
"Saya tidak tahu sedih atau tidak. Namun, ciri-ciri fisiologisnya sehat. Di sini sudah beberapa kali melakukan peranakan. Tentu ini langkah yang bagus dan akan kami evaluasi kepada kebun binatang yang lain," katanya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Menteri LH Kunjungi Kebun Binatang Surabaya, Sebut Rencana Pemulangan Satwa dari Luar Negeri.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/07/145841578/menteri-lh-sebut-rencana-pemulangan-satwa-dari-luar-negeri-ke-kebun