Salin Artikel

"Minto Stone", Jejak Mataram Kuno yang Dibawa Raffles ke Skotlandia, Ternyata Diduga Berisi Kutukan

Meskipun berasal dari wilayah Kota Batu, Jawa Timur, batu bertulis ini secara fisik berada jauh yaitu di Desa Minto, Roxburghshire, Skotlandia.

Maka itu, Prasasti Sangguran pun disebut juga dengan Minto Stone.

Salah satu warga Desa Mojorejo, Yono mengatakan, dirinya tidak begitu paham dengan cerita Prasasti Sangguran.

Namun, berdasarkan informasi yang diterima dari para sesepuh desa tersebut, bahwa konon dipercaya prasasti tersebut berisi kutukan.

"Ada anggapan bahwa prasasti ini mengandung sebuah kutukan yang bakal membuat sial seseorang yang dianggap mengotak atik prasasti ini. Hal ini tidak terlepas dari isi yang terkandung pada Prasasti Sangguran," kata Yono pada Senin (5/5/2025).

Dari informasi yang dihimpun, bahwa isi yang terkandung pada prasasti ini adalah penetapan Desa Sangguran sebagai sima atau tanah perdikan dan prasasti yang menjadi tanda penetapan ini dilarang dipindahkan dari tempat awalnya.

Sedangkan, bagi yang memindahkannya akan ketiban sial yang tidak ada habisnya.

"Kutukan ini diyakini sebagian orang percaya benar. Salah satunya, Minto yang membawa prasasti ini, kalau tidak salah dicopot dari jabatannya sebagai gubernur, kemudian pulang ke Skotlandia dalam keadaan sakit-sakitan, terus meninggal," ujar dia.

Lebih lanjut, pada tahun 2022 lalu, replika Prasasti Sangguran dibuat oleh warga setempat dan ditempatkan di Punden Mbah Tarmina, RW 06, Dusun Ngandat.

Replika Prasasti Sangguran memiliki ukuran dengan tinggi 160 sentimeter, lebar 122 sentimeter, dan tebal 32,5 sentimeter.

Material prasasti terbuat dari cor. Proses pembuatannya dimulai sejak Oktober 2020 dan untuk penulisan aksara Jawa dalam replika tersebut dibantu oleh mahasiswa.

"Tujuan warga sebagai pengingat pentingnya sejarah. Supaya generasi selanjutnya mengetahui tentang Prasasti Sangguran ini," katanya.

Prasasti Sangguran pertama kali ditemukan di kawasan Ngandat, sebuah lokasi yang kini menjadi bagian dari Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur.

Prasasti ini memiliki ukuran yang mengesankan: tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter, dan tebal 32 sentimeter, dengan bobot diperkirakan mencapai 3,5 ton.

Pahatan aksara memenuhi beberapa sisinya, 38 baris di bagian depan, 45 baris di bagian belakang, dan 15 baris di sisi kiri.

Nasib Prasasti Sangguran berubah drastis pada masa pendudukan Inggris di Hindia Belanda (1811-1816).

Pada periode tersebut, banyak artefak penting dan benda sakral Nusantara diambil oleh pihak Inggris.

Kolonel Colin Mackenzie, seorang pejabat Inggris, menyerahkan prasasti ini kepada Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal.

Pada tahun 1812, Raffles menghadiahkan artefak berharga ini kepada Gilbert Elliot Murray Kynynmound, yang lebih dikenal sebagai Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris yang bertugas di India.

Setahun kemudian, pada 1813, Prasasti Sangguran diangkut dari pelabuhan Surabaya menuju Kolkata, India, menggunakan kapal milik East India Company (EIC).

Dari India, prasasti ini akhirnya dibawa ke Skotlandia dan ditempatkan di taman kediaman keluarga Lord Minto di Roxburghshire.

Di lokasi inilah Prasasti Sangguran atau Minto Stone berada hingga saat ini, menjadi saksi bisu sejarah yang terpisah jauh dari tanah asalnya.

Keunikan linguistiknya tampak pada penggunaan dua bahasa yakni dua baris pertama ditulis dalam Bahasa Sanskerta, sedangkan sisa inskripsi menggunakan Bahasa Jawa Kuno.

Prasasti Sangguran dianggap sebagai sumber informasi vital mengenai peristiwa penting dalam sejarah Nusantara, yaitu pergeseran pusat kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno ke wilayah Jawa Timur pada 928 Masehi.

Penanggalan ini berselang hanya satu tahun sebelum Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan.

Catatan ini secara eksplisit menyebut nama Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga (dikenal sebagai Dyah Wawa), yang tercatat sebagai raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Tengah.

Berakhirnya pemerintahan Dyah Wawa menandai dimulainya era baru dengan pemindahan pusat kerajaan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok.

Kemudian kerajaan tersebut dikenal sebagai Kerajaan Medang.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/05/150757578/minto-stone-jejak-mataram-kuno-yang-dibawa-raffles-ke-skotlandia-ternyata

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com