Angka ini mencakup 20 persen dari total lahan sawah yang ditanami padi di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Lumajang, Retno Wulan Andari, menjelaskan bahwa total luas sawah yang ditanami padi di Lumajang mencapai sekitar 71 hingga 72.000 hektar.
Dari jumlah tersebut, 20 persen mengalami kerusakan akibat serangan hama tikus.
"Kalau luas lahan se-kabupaten yang ditanami padi ada 71.000-72.000 hektar, ini yang diserang tikus sampai 20 persen," ungkap Retno di Lumajang, Kamis (1/5/2025).
Retno menambahkan bahwa serangan hama tikus ini merata di 21 kecamatan yang ada di Lumajang.
Ia juga menyoroti bahwa serangan tersebut semakin mengkhawatirkan karena tidak hanya padi, tetapi juga lahan jagung dan tembakau mulai terancam.
“Serangan ini merata di seluruh kecamatan. Sekarang ini bukan hanya padi, komoditas yang lain juga sudah mulai diserang," kata Retno.
Dalam menghadapi masalah ini, Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian, Rachmat, menjelaskan beberapa metode penanganan hama tikus.
Salah satunya adalah melalui teknik gerdal hama tikus dan pemasangan rumah burung hantu.
Gerdal merupakan teknik pembasmian hama tikus dengan cara memburu lubang dan membakar belerang di dalam lubangnya.
“Untuk gerdal ini dilakukan dengan seperti memburu lubang tikus dan membakar belerang. Ini harus rutin untuk menekan populasi tikus."
"Kemudian mendirikan rumah burung hantu. Dua cara ini cukup efektif mengantisipasi serangan hama kepada lahan sawah padi petani,” pungkas Rachmat.
Dengan meningkatnya serangan hama tikus, pihak berwenang diharapkan segera mengambil langkah-langkah untuk melindungi lahan pertanian di Kabupaten Lumajang agar tidak semakin parah.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/05/01/140232078/14000-hektar-sawah-padi-di-lumajang-diserang-tikus