Salin Artikel

Mirisnya Atlet Futsal Bangkalan di Pra Porprov, Hanya Diberi Rp 500.000, Tidur Tanpa Kasur, Makan Dijatah 2 Kali

Sebab, atlet yang seharusnya menjaga kesehatan tubuh sebelum bertanding, harus mendapatkan fasilitas istirahat yang tidak layak.

Manager cabor futsal Bangkalan, Agung Mudo mengaku, kondisi tersebut dialami anak asuhnya karena tak memiliki banyak biaya saat berangkat bertanding.

Sebab, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) hanya memberikan dana Rp 500 ribu untuk satu tim itu.

"Kami berangkat ke Pasuruan ikut Pra Porprov hanya dengan membawa uang Rp 500 ribu untuk satu tim," ujar Agung, Senin (28/4/2025).

Bahkan, keterbatasan biaya itu mengharuskan para atlet mendapat makan 2 kali sehari.

Selain itu, atlet beristirahat di atas karpet tipis tanpa kasur dan bantal.

Agung mengaku, tak ada sumbangan dana yang diberikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bangkalan.

Alhasil, pihak management melakukan penggalangan dana dari para penggemar tim futsalnya.

"Tapi meski berangkat dengan dana seadanya, tim kami tetap bermain maksimal," imbuhnya.

Tim futsal asuhan Agung ini masuk dalam Grup D berhasil mendapat tujuh poin dari empat kali laga hingga berhasil menjadi runner-up grup.

Mereka juga lolos ke putaran final Porprov Jatim yang akan digelar Juni mendatang di Kota Malang.

Sayangnya, hingga hari ini pihak management belum bisa memberikan bonus dan gaji pemain, pelatih dan tim yang bertugas.

Sebab, belum adanya biaya atau dana yang masuk ke tim tersebut.

"Kami hanya bisa berharap Pemkab Bangkalan bisa memberikan perhatian pada para atlet kami," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bangkalan sekaligus Wakil Bupati Bangkalan, Fauzan Jakfar mengaku hingga saat ini tidak ada koordinasi dari cabang olahraga futsal tersebut.

Pihaknya juga menyayangkan tim itu berangkat pra porprov tanpa pamit pada Koni.

"Kami itu sudah bentuk satgas untuk mengurus persiapan dan pelaksanaan porprov, jadi semua keperluan akan diurus satgas itu. Namun cabor futsal itu sejak awal tidak ada koordinasi," ujar dia.

Fauzan mengaku, pihaknya tidak pernah tau adanya persiapan dan keberangkatan cabor tersebut.

Padahal menurutnya, jika cabor itu melakukan koordinasi maka segala bentuk pembiayaan selama mengikuti porprov akan ditanggung KONI.

"Semua cabor yang kami berangkatkan itu kami berikan dana untuk biayanya. Tapi cabor futsal ini tidak ada koordinasi, lalu bagaimana kami bisa biayai," keluhnya.

Ia juga menyayangkan adanya upaya pihak management futsal itu mencari dana dari menyebar proposal untuk keberangkatan para atlet.

"Ngurus olahraga itu tidak boleh berorientasi pada laba dan untung. Ketuanya itu sudah menyebarkan proposal kemana-mana untuk persiapan berangkat pra porprov. Itu kan memalukan," imbuhnya.

Dalam waktu dekat, KONI akan segera memanggil pihak management yang membawahi cabor futsal tersebut.

Sebab, ia tidak ingin para atlet menjadi korban dari kurangnya koordinasi dua belah pihak tersebut.

https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/28/101202878/mirisnya-atlet-futsal-bangkalan-di-pra-porprov-hanya-diberi-rp-500000-tidur

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com