MAGETAN, KOMPAS.com – Legenda Gunung Lawu, Wakiyem (82), atau lebih dikenal dengan sebutan Mbok Yem sempat mengaku jatuh di kamar kecil di warung puncak Gunung Lawu saat Kompas.com menjenguk di RSU Aisyiyah Ponorogo pada Rabu (12/3/2025) karena merasa pusing.
Pada saat itu, Mbok Yem mengaku menderita sakit gigi sehingga beberapa hari tidak mau makan.
Mbok Yem juga mengaku tetap melayani pembeli dan membuatkan telur goreng jam 2 pagi meski kondisinya saat itu sedang sakit.
Cucu Mbok Yem, Syaiful Gimbal, mengaku keluarga baru mengetahui Mbok Yem telah mengalami sakit selama seminggu sebelum akhirnya dipaksa untuk turun.
Dia mengaku memang agak sulit melakukan komunikasi dengan Mbok Yem. Selain itu, neneknya tersebut lebih memilih menyembunyikan sakitnya.
Kekhawatirannya selama ini adalah memikirkan bagaimana pendaki yang membutuhkan makan kalau dirinya tidak buka.
“Kalau ingin mengetahui paling lewat porter atau kita naik. Kemarin kita tahunya sudah sakit seminggu, akhirnya kita paksa turun untuk menjalani perawatan. Meski sakit ngakunya ya baik-baik saja. Mikirnya bagaimana pendaki kalau tidak jualan,” imbuhnya.
Syaiful Gimbal mengatakan, Mbok Yem langsung menjalani perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo pada Selasa (4/3/2025) dengan diagnosis menderita pneumonia dan ditangani langsung oleh tiga dokter spesialis, yakni dokter spesialis paru-paru, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jantung.
Hingga menjelang meninggal dunia, Mbok Yem masih menjalani rawat jalan untuk menyembuhkan sakitnya.
“Kondisinya terus membaik, sempat drop saat Lebaran kemarin. Mbok Yem masih menjalani perawatan, besok sebetulnya jadwal untuk cek kesehatannya,” ucapnya.
Mbok Yem sendiri, menurut Syaiful Gimbal, rencananya akan pensiun menunggu warung nasi pecel yang didirikan di puncak Gunung Lawu setelah lebih dari 35 tahun dan memilih untuk mengasuh cucu-cucunya.
Terkait keberlangsungan warung pecel Mbok Yem, dia mengaku masih akan membicarakan kembali.
Dia mengaku saat masih kelas 5 sempat menyusul Mbok Yem dan sempat bermalam di tengah hutan Gunung Lawu.
“Kalau bermalam di Gunung Lawu, dulu Mbok Yem tidurnya gali sisi bukit, gali tanah seperti di dalam galian biar hangat. Kalau di luar dingin sekali. Saya pernah ikut sekali saat kelas 5 SD,” kenangnya.
Syaiful Gimbal menambahkan, dulunya Mbok Yem hanya mencari tumbuhan jamu di hutan Gunung Lawu untuk dijual sebelum membuka warung.
Awalnya membuka warung adalah ketika ada pendaki yang membutuhkan makanan karena tak membawa bekal.
“Ya awalnya itu kan ada pendaki yang butuh makanan karena tidak membawa bekal. Kemudian Mbok Yem akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu,” imbuhnya.
Tak terasa, lebih dari 35 tahun Mbok Yem telah membuka warung di Puncak Gunung Lawu.
Sudah ribuan pendaki yang merasa tertolong dengan keberadaan warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu.
Setelah pulang dari perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo karena sakit pneumonia, rencananya Mbok Yem akan istirahat berjualan dan akan menunggui cucunya.
Sayangnya, keinginan Mbok Yem belum kesampaian.
Mbok Yem meninggal Rabu (23/4/2025) siang sekitar pukul 13:30 WIB.
Mbok Yem meninggal di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur.
Mbok Yem sempat dirawat di RSU Aisyiyah selama lebih dari 2 minggu karena menderita pneumonia.
https://surabaya.kompas.com/read/2025/04/24/070410778/kisah-mbok-yem-menahan-sakit-demi-menyediakan-makan-pendaki-gunung-lawu